BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Anak usia dini adalah sosok individu
yang unik. Anak usia dini berada pada rentang ussia 0-6 tahun. Pada masa ini
anak berada di periode keemasan
perkembangan dan pertumbuhan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan
pada anak masa ini bergerak dengan cepat dan merupakan dasar bagi perkembangan
tahap selanjutnya.
Perkembangan dan pertumbuhan pada
individu ini terdiri daribeberapa aspek, salah satu aspek yang penting adalah
sosial emosional. Aspek ini merupakan aspek penting dalam perkembangan karakter
dan kepribadian anak untu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Salah satu
ekspresi emosi dalam kehidupan sosial anak adal temperamen. Temperamen
merupakan aspek sosial emosional pada
anak yang mendasari perilaku ekspresi emosi maupun respon terhadap stimulus
baik itu secara internal maupun eksternal dari lingkungan.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian temperamen ?
2. Apa
perbedaan temperamen dan emosi ?
3. Apa
saja gambaran dan klasifikasi temperamen ?
4. Apa
saja macam-macam temperamen ?
5. Apa
gejala temperamen ?
6. Bagaimana
cara menghadapi anak temperamen ?
C. Tujuan
1. Agar
pembaca dapat mengetahui apa pengertian temperamen
2. Agar
pembaca tahu apa pebedaan dari temperamen dan emosi
3. Agar
pembaca dapat mengetahui gambaran dan klasifikasi temperamen
4. Agar
pembaca mengetahui apa saja macam-macam temperamen
5. Agar
pembaca mengetahui gejala pada anak temperamen
6. Agar
pembaca mengetahui cara untuk menghadapi anak temperamen
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Temperamen
Temperamen adaah suatu letupan kemarahan
anak yang sering terjadi pada saat anak menunjukkan sikap negavistik atau
penolakan. Perilaku ini sering diikuti dengan tingkah seperti menangis dengan
keras, berguling-guling di lantai, menjerit, melempar barang, memukul-mukul,
menendang, dan berbagai kegiatan.
Temperamen sering dialami pada anak usia
dini karena ketidakmampuan mereka dalam mengontrol emosi, mengungkapkan
kemarahan dengan tepat, dan terjadinya kondisi regresi atau fixsasi dalam
perkembangan. Menurut Freud, salah satu self defance mechanism yang sering
dikembangkan oleh anak adalah dengan berhenti pada tahap perkembangan sebelumnya
dengan tidak mau menuntaskan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
Individu yang mengembangkan defense dengan pola fixasi tidak berani memasuki
fase perkembangan berikutnya, karena kecemasan terhadap tuntutan yang lebih
pada fase yang lebih tinggi. Anak yang menunjukkan tingkah laku fixasi dapat
terlihat pada anak-anak yang tingkah lakunya tetap meski usianya sudah bertambah.
Berbeda dengan fixasi, regresi merupakan
pola yang lebih mengarah pada kemunduran proses perkembangan kembali pada tahap
yang pernah dilalui. Izzaty (2005), menyatakan bahwa beberapa ahli menyebutkan
penyebab temperamen yang paling umum terjadi pada anak karena beberapa hal,
yaitu kelelahan, frustasi, lapar, sakit, kemarahan, kecemburuan, perubahan
dalam rutinitas, serta tekanan dirumah dan sekolah.
B. Perbedaan
Temperamen dengan Emosi
Temperamen
adalah
emosi yang bersifat bawaan, menetap sepanjang waktu dan situasi, terpolakan
dalam neuropsychological, dan bersifat menurun. Sedangkan emosi adalah
seperangkat komponen dengan suatu struktur yang deterministic atau
probabilistic, yang melihat emosi sebagai suatu keadaan atau proses yang
dialami seseorang dalam merespon suatu peristiwa. Emosi juga dapat diartikan
sebagai kondisi intrapersonal, seperti perasaan, keadaan tertentu, atau pola
aktivitas motor. Unit-unit emosi dapat dibedakan berdasar tingkatan kompleks
yang terbentuk, berupa perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan, komponen
ekspresi wajah individu, dan suatu keadaan sebagai aktivitas badaniah secara
eksternal, atau reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap peristiwa
atau suatu kondisi mental tertentu (Lewis & Haviland Jones, 2000).
- Gambaran Temperamen
Berikut ini, adalah gambaran atau
contoh terjadinya temperamen pada anak :
a. Anak merasa bahwa ia tidak melakukan
sesuatu untuk mendapatkan sesustu yang diinginkan.
b. Anak yang terlalu lelah sehingga
mudah kesal dan tidak dapat mengendalikan emosinya.
c. Anak gagal melakukan sesuatu
sehingga anak marah dan tidak mampu mengandalikannnya. Hal ini akan menjadi
semakin parah jika anak merasakan bahwa orang lain, atau orang tua selalu
membandingkannya dengan orang lain, atau orang tua memiliki tuntutan lebih
tinggi pada anak.
d. Jika anak menginginkan sesuatu
selalu ditolak dan dimarahi. Sementara pendidik dirasakan oleh anak sering
memaksa untuk melakukan sesuatu disaat tidak ingin mengerjakan hal itu,
misalnya untuk mengerjakan suatu tugas.
e. Pada anak yang mengalami hambatan
dalam perkembangan mental, anak merasa putus asa untuk mengungkapkan maksudnya
pada lingkungan sekitarnya, sementara lingkungan ini dirasa tidak cukup
mengerti maksudnya.
f. Hal yang paling sering terjadi
adalah karena anak mencontoh tindakan penyaluran amarah yang salah dari ayah
atau ibunya, ataupun media elektronik.
- Klasifikasi Temperamen
Klasifikasi temperamen yang
dikemukakan oleh Alexander Chess dan Stella Thomas (Chess & Thomas, 1977;
Thomas & Chess, 1991).
a. Anak bertemperamen mudah (easy
child) pada umumnya berada dalam suasana hati yang positif, dengan cepat
membentuk rutinitas tetap dimasa kecil, dan dengan mudah beradaptasi dengan
pengalaman baru.
b. Anak bertemperamen sulit (difficult
child) cenderung bereaksi secara negative dan sering mengeluh dan rewel,
terlibat dalam rutinitas harian yang tidak teratur, serta sulit beradaptasi
dengan pengalaman baru.
c. Anak bertemperamen lambat (slow to
warn up child) mempunyai tingkat kreatifitas yang rendah, agak bereaksi
negative, dan penyesuaian diri agak lambat serta menunjukkan identitas suasana
hati yang rendah.
- Mcam-macam Temperamen
a. Sanguine
Individu dengan tipe ini biasanya
kelihatan menonjol dilingkungannya. Ia cenderung gembira, ceria, mudah akrab
dengan orang lain, pandai bercerita dan memiliki sifat-sifat positif lainnya.
Sebagian orang akan melihatnya sebagai anak yang santai, easy going, tidak
bertele-tele, dan tidak mudah marah maupun sedih.
Dalam kelompok, anak bertemperamen
ini akan mudah sekali terlihat karena ia mempunyai banyak teman dan selalu
menjadi pusat perhatian. Lingkungan menilainya sebagai sosok yang menyenangkan.
Sifat gembiranya mampu menjadikan suasana sekelilingnya tidak sepi dan tidak
monoton atau selalu terasa hidup. Mengubah suasana sedih atau kesal menjadi
ceria, bukan hal yang sulit baginya.
Tipe ini tidaknselamanya akan
berpengaruh positif, negatifnya kerap kali anak tidak bisa membedakan situasi.
Bisa saja, ketika sedang menghadapi situasi yang serius atau berada dalam
kesedihan mendalam yang menuntut suasana
hening dan khusuk, si anak malah melucu sendiri sehingga suasana menjadi kacau.
Bila terbawa samapai ia besar, anak bertemperamen ini akan terlihat sebagai
sosok yang tidak bisa serius.
b. Melankolis
Anak dengan temperamen melankolis
terlihat sebagai anak yang suka murung, terlihat sendu dan sedih terus-menerus,
pendiam, berperasaan halus, dan cenderung tidaka menyukai keramaian.. pada usia
batita ini, cirri yang mudah terlihat adalah sifat cengeng,. Itulah mengapa,
setiap kali dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan, anak akan cenderuk
menarik diri lalu menangis. Anak dengan temperamen ini umumnya juga terlihat
sebagai anak sulit. Tidak mengherankan jika lingkungan lebih mudah mengenali sifat negatifnya
daripada sifat positifnya.
c. Choleric
Anak dengan tipe ini umumnya
terlihat menonjol saat berada diantara teman-temannya, lantaran ia terlihat
gesit, energik, dan nyaris tak pernah diam. Ia punmemiliki bakat memimpin,
tangguh sekaligus berkemampuan untuk
belajar dan maju. Yang paling mudah dilihat pada usia ini adalah usaha keras si
anak untuk belajar berjalan, berbicara,
ataupun makan sendiri.Namun, tidak selamanya temperamen ini member pengaruh
positif. Bisa jadi ia kelewatan bersemangat sampai tak sadar kalau perilakunya
bisa melukai dirinya sendiri.
d. Phelmatic
Anak dengan temperamen ini cenderung
lambat menangkap dan mengerjakan sesuatu. Tingkah lakunya terkesan lambat,
serba santai, bahakan cenderung malas.tak heran bila tahap perkembangannya pun
terkesan lambat, karena semua itu terkait dengan perkembengan intelektual,
sosial emosional, motorik, fisik, dan sebagainya.
F. Gejala
Temperamen
Terdapat
beberapa gejala yang dapat muncul pada anak temperamen yaitu:
a. Anak
memiliki kebiasaan tidur, makan, dan buang air besar tidak teratur.
b. Sulit
beradaptasi dengan situasi, makanan dan orang-orang baru.
c. Lambat
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.
d. Mood
atau suasana hatinya lebih sering negative,. Anak sering merespon sesuatu
dengan penolakan.
e. Mudah
dipengaruhi sehingga timbul perasaan marah atau kesal.
f. Perhatiannya
sulit dialihkan.
g. Memiliki
perilaku yang khas, seperti :menagis, menjerit, membentak, menghentak-hentakkan
kaki, merengek, mencela, mengenalkan tinju, membanting pintu, memecahkan benda,
memaki, mencela diri sendiri, menyerang kakak/adik atau teman, mengancam, dan
perilaku negative lainnya.
G. Cara
Menghadapi Anak Temperamen
Beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi temperamen adalah sebagai berikut:
a. Pencegahan
dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, mengetahui secara pasti
kondisi-kondisi seperti apa munculnya temperamen serta mengatur pola asuh dan
pola didik yang baik bagi orang tua dan pendidik.
b. Ketika
temperamen terjadi maka hendaknya dipastikan bahwa lingkungan sekitar anak
aman, orang tua dan pendidik harus tetap tenang dan menjaga emosinya sendiri
agar tetap tenang, tidak mengacuhkan temperamen. Setelah anak itu menunjukkan
penurunan perilaku temperamen, maka orang tgua dan pendidik perlusegera
mendekati anak, memeluk, dan member ketenangan kepada anak, setelah anak tenang
baru orang tua member pengertian tentang perilaku anak tanpa menyudutkan.
Sebaiknya hindari upaya menenagkan anak dengan memberi pelukan atau perhatian
berlebihan dan menuruti kemauan anak saat anak mengembangkan perilaku
temperamen karena hal ini akan menjadi penguat positif untuk perilaku negative
tersebut.
c. Ketika
temperamen telah berlalu maka jangan diikuti dengan hukuman-hukuma,
nasehat-nasehat, atau teguran maupun sindiran-sindiran, jangan memberi hadiah
apapun, berikanlah rasa cinta dan aman pada anak, orang tua perlu bekerja sama
dengan guru dalam melakukan evaluasi terhadap perilaku temperamen anak.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada
dasarnya emosi dan temperamen itu berbeda, kalau emosi itu suatu kondisi intrapersonal, seperti
perasaan, keadaan tertentu, atau pola aktivitas motor.
Sedangkan temperamen itu,
adalah
emosi yang bersifat bawaan, menetap sepanjang waktu dan situasi, terpolakan
dalam neuropsychological, dan bersifat menurun.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis
menyadari masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat
kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat
membangun penulisan makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar