Rabu, 25 Mei 2016

TEMPRAMEN PADA ANAK USIA DINI

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Anak usia dini adalah sosok individu yang unik. Anak usia dini berada pada rentang ussia 0-6 tahun. Pada masa ini anak  berada di periode keemasan perkembangan dan pertumbuhan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan pada anak masa ini bergerak dengan cepat dan merupakan dasar bagi perkembangan tahap selanjutnya.
Perkembangan dan pertumbuhan pada individu ini terdiri daribeberapa aspek, salah satu aspek yang penting adalah sosial emosional. Aspek ini merupakan aspek penting dalam perkembangan karakter dan kepribadian anak untu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Salah satu ekspresi emosi dalam kehidupan sosial anak adal temperamen. Temperamen merupakan aspek sosial emosional  pada anak yang mendasari perilaku ekspresi emosi maupun respon terhadap stimulus baik itu secara internal maupun eksternal dari lingkungan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian temperamen ?
2.      Apa perbedaan temperamen dan emosi ?
3.      Apa saja gambaran dan klasifikasi temperamen ?
4.      Apa saja macam-macam temperamen ?
5.      Apa gejala temperamen ?
6.      Bagaimana cara menghadapi anak temperamen ?






C.     Tujuan
1.      Agar pembaca dapat mengetahui apa pengertian temperamen
2.      Agar pembaca tahu apa pebedaan dari temperamen dan emosi
3.      Agar pembaca dapat mengetahui gambaran dan klasifikasi temperamen
4.      Agar pembaca mengetahui apa saja macam-macam temperamen
5.      Agar pembaca mengetahui gejala pada anak temperamen
6.      Agar pembaca mengetahui cara untuk menghadapi anak temperamen

























BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Temperamen

Temperamen adaah suatu letupan kemarahan anak yang sering terjadi pada saat anak menunjukkan sikap negavistik atau penolakan. Perilaku ini sering diikuti dengan tingkah seperti menangis dengan keras, berguling-guling di lantai, menjerit, melempar barang, memukul-mukul, menendang, dan berbagai kegiatan.
Temperamen sering dialami pada anak usia dini karena ketidakmampuan mereka dalam mengontrol emosi, mengungkapkan kemarahan dengan tepat, dan terjadinya kondisi regresi atau fixsasi dalam perkembangan. Menurut Freud, salah satu self defance mechanism yang sering dikembangkan oleh anak adalah dengan berhenti pada tahap perkembangan sebelumnya dengan tidak mau menuntaskan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya. Individu yang mengembangkan defense dengan pola fixasi tidak berani memasuki fase perkembangan berikutnya, karena kecemasan terhadap tuntutan yang lebih pada fase yang lebih tinggi. Anak yang menunjukkan tingkah laku fixasi dapat terlihat pada anak-anak yang tingkah lakunya tetap meski usianya sudah bertambah.
Berbeda dengan fixasi, regresi merupakan pola yang lebih mengarah pada kemunduran proses perkembangan kembali pada tahap yang pernah dilalui. Izzaty (2005), menyatakan bahwa beberapa ahli menyebutkan penyebab temperamen yang paling umum terjadi pada anak karena beberapa hal, yaitu kelelahan, frustasi, lapar, sakit, kemarahan, kecemburuan, perubahan dalam rutinitas, serta tekanan dirumah dan sekolah.


B.     Perbedaan Temperamen dengan Emosi
Temperamen adalah emosi yang bersifat bawaan, menetap sepanjang waktu dan situasi, terpolakan dalam neuropsychological, dan bersifat menurun. Sedangkan emosi adalah seperangkat komponen dengan suatu struktur yang deterministic atau probabilistic, yang melihat emosi sebagai suatu keadaan atau proses yang dialami seseorang dalam merespon suatu peristiwa. Emosi juga dapat diartikan sebagai kondisi intrapersonal, seperti perasaan, keadaan tertentu, atau pola aktivitas motor. Unit-unit emosi dapat dibedakan berdasar tingkatan kompleks yang terbentuk, berupa perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan, komponen ekspresi wajah individu, dan suatu keadaan sebagai aktivitas badaniah secara eksternal, atau reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap peristiwa atau suatu kondisi mental tertentu (Lewis & Haviland Jones, 2000).

  1. Gambaran Temperamen
Berikut ini, adalah gambaran atau contoh terjadinya temperamen pada anak :
a.       Anak merasa bahwa ia tidak melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesustu yang diinginkan.
b.      Anak yang terlalu lelah sehingga mudah kesal dan tidak dapat mengendalikan emosinya.
c.       Anak gagal melakukan sesuatu sehingga anak marah dan tidak mampu mengandalikannnya. Hal ini akan menjadi semakin parah jika anak merasakan bahwa orang lain, atau orang tua selalu membandingkannya dengan orang lain, atau orang tua memiliki tuntutan lebih tinggi pada anak.
d.      Jika anak menginginkan sesuatu selalu ditolak dan dimarahi. Sementara pendidik dirasakan oleh anak sering memaksa untuk melakukan sesuatu disaat tidak ingin mengerjakan hal itu, misalnya untuk mengerjakan suatu tugas.
e.       Pada anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan mental, anak merasa putus asa untuk mengungkapkan maksudnya pada lingkungan sekitarnya, sementara lingkungan ini dirasa tidak cukup mengerti maksudnya.
f.       Hal yang paling sering terjadi adalah karena anak mencontoh tindakan penyaluran amarah yang salah dari ayah atau ibunya, ataupun media elektronik.

  1. Klasifikasi Temperamen
Klasifikasi temperamen yang dikemukakan oleh Alexander Chess dan Stella Thomas (Chess & Thomas, 1977; Thomas & Chess, 1991).
a.       Anak bertemperamen mudah (easy child) pada umumnya berada dalam suasana hati yang positif, dengan cepat membentuk rutinitas tetap dimasa kecil, dan dengan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru.
b.      Anak bertemperamen sulit (difficult child) cenderung bereaksi secara negative dan sering mengeluh dan rewel, terlibat dalam rutinitas harian yang tidak teratur, serta sulit beradaptasi dengan pengalaman baru.
c.       Anak bertemperamen lambat (slow to warn up child) mempunyai tingkat kreatifitas yang rendah, agak bereaksi negative, dan penyesuaian diri agak lambat serta menunjukkan identitas suasana hati yang rendah.




  1. Mcam-macam Temperamen
a.       Sanguine
Individu dengan tipe ini biasanya kelihatan menonjol dilingkungannya. Ia cenderung gembira, ceria, mudah akrab dengan orang lain, pandai bercerita dan memiliki sifat-sifat positif lainnya. Sebagian orang akan melihatnya sebagai anak yang santai, easy going, tidak bertele-tele, dan tidak mudah marah maupun sedih.
Dalam kelompok, anak bertemperamen ini akan mudah sekali terlihat karena ia mempunyai banyak teman dan selalu menjadi pusat perhatian. Lingkungan menilainya sebagai sosok yang menyenangkan. Sifat gembiranya mampu menjadikan suasana sekelilingnya tidak sepi dan tidak monoton atau selalu terasa hidup. Mengubah suasana sedih atau kesal menjadi ceria, bukan hal yang sulit baginya.
Tipe ini tidaknselamanya akan berpengaruh positif, negatifnya kerap kali anak tidak bisa membedakan situasi. Bisa saja, ketika sedang menghadapi situasi yang serius atau berada dalam kesedihan mendalam  yang menuntut suasana hening dan khusuk, si anak malah melucu sendiri sehingga suasana menjadi kacau. Bila terbawa samapai ia besar, anak bertemperamen ini akan terlihat sebagai sosok yang tidak bisa serius.
b.      Melankolis
Anak dengan temperamen melankolis terlihat sebagai anak yang suka murung, terlihat sendu dan sedih terus-menerus, pendiam, berperasaan halus, dan cenderung tidaka menyukai keramaian.. pada usia batita ini, cirri yang mudah terlihat adalah sifat cengeng,. Itulah mengapa, setiap kali dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan, anak akan cenderuk menarik diri lalu menangis. Anak dengan temperamen ini umumnya juga terlihat sebagai anak sulit. Tidak mengherankan jika lingkungan  lebih mudah mengenali sifat negatifnya daripada sifat positifnya.
c.       Choleric
Anak dengan tipe ini umumnya terlihat menonjol saat berada diantara teman-temannya, lantaran ia terlihat gesit, energik, dan nyaris tak pernah diam. Ia punmemiliki bakat memimpin, tangguh sekaligus berkemampuan  untuk belajar dan maju. Yang paling mudah dilihat pada usia ini adalah usaha keras si anak  untuk belajar berjalan, berbicara, ataupun makan sendiri.Namun, tidak selamanya temperamen ini member pengaruh positif. Bisa jadi ia kelewatan bersemangat sampai tak sadar kalau perilakunya bisa melukai dirinya sendiri.
d.      Phelmatic
Anak dengan temperamen ini cenderung lambat menangkap dan mengerjakan sesuatu. Tingkah lakunya terkesan lambat, serba santai, bahakan cenderung malas.tak heran bila tahap perkembangannya pun terkesan lambat, karena semua itu terkait dengan perkembengan intelektual, sosial emosional, motorik, fisik, dan sebagainya.

F.      Gejala Temperamen

Terdapat beberapa gejala yang dapat muncul pada anak temperamen yaitu:
a.       Anak memiliki kebiasaan tidur, makan, dan buang air besar tidak teratur.
b.      Sulit beradaptasi dengan situasi, makanan dan orang-orang baru.
c.       Lambat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.
d.      Mood atau suasana hatinya lebih sering negative,. Anak sering merespon sesuatu dengan penolakan.
e.       Mudah dipengaruhi sehingga timbul perasaan marah atau kesal.
f.       Perhatiannya sulit dialihkan.
g.      Memiliki perilaku yang khas, seperti :menagis, menjerit, membentak, menghentak-hentakkan kaki, merengek, mencela, mengenalkan tinju, membanting pintu, memecahkan benda, memaki, mencela diri sendiri, menyerang kakak/adik atau teman, mengancam, dan perilaku negative lainnya.
      
G.    Cara Menghadapi Anak Temperamen

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi temperamen adalah sebagai berikut:
a.       Pencegahan dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, mengetahui secara pasti kondisi-kondisi seperti apa munculnya temperamen serta mengatur pola asuh dan pola didik yang baik bagi orang tua dan pendidik.
b.      Ketika temperamen terjadi maka hendaknya dipastikan bahwa lingkungan sekitar anak aman, orang tua dan pendidik harus tetap tenang dan menjaga emosinya sendiri agar tetap tenang, tidak mengacuhkan temperamen. Setelah anak itu menunjukkan penurunan perilaku temperamen, maka orang tgua dan pendidik perlusegera mendekati anak, memeluk, dan member ketenangan kepada anak, setelah anak tenang baru orang tua member pengertian tentang perilaku anak tanpa menyudutkan. Sebaiknya hindari upaya menenagkan anak dengan memberi pelukan atau perhatian berlebihan dan menuruti kemauan anak saat anak mengembangkan perilaku temperamen karena hal ini akan menjadi penguat positif untuk perilaku negative tersebut.
c.       Ketika temperamen telah berlalu maka jangan diikuti dengan hukuman-hukuma, nasehat-nasehat, atau teguran maupun sindiran-sindiran, jangan memberi hadiah apapun, berikanlah rasa cinta dan aman pada anak, orang tua perlu bekerja sama dengan guru dalam melakukan evaluasi terhadap perilaku temperamen anak.
BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Pada dasarnya emosi dan temperamen itu berbeda, kalau emosi itu suatu kondisi intrapersonal, seperti perasaan, keadaan tertentu, atau pola aktivitas motor.
Sedangkan temperamen itu, adalah emosi yang bersifat bawaan, menetap sepanjang waktu dan situasi, terpolakan dalam neuropsychological, dan bersifat menurun.

B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar