Rabu, 25 Mei 2016

KARAKTERISTIK EMOSI ANAK USIA DINI

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Emosi merupakan gejala psikis yang bersifat subjetif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenai dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk dalam berbagai kehidupan sehari-hari. Dalam word book dictionary (1994;690) emosi terdepinisi sebagai “berbagai prasaan yang kuat” perasan benci, takut, marah, cinta, senang, dan kesedihan.macam-macam prasaan tersebut adalah gambaran dari emosi.
Menurut Hurlock (Sujanto, 1996: 38) perkembangan sosial usia prasekolah berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Kemampuan anak menyesuaikan diri dalam lingkungan TK memerlukan tiga proses yaitu;
1) belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial
2) memainkan peran sosial yang dapat diterima
3) perkembangan sosial untuk bergaul dengan baik









BAB II
   PEMBAHASAN

A.    Pola reaksi emosi yang umum terjadi pada anak-anak

1.      Reaksi Dan Pola Emosional Pada Bayi
Keadaan psikologis pada masa bayi adalah pada masa lahir emosi tampak dalam bentuk sederhana hampir tidak terlihat, dapat bertambahnya usia berbagai reaksi emosional menjadi lebih dapat dibedakan dan emosional dapat ditimbulkan rangsangan. Ada dua ciri yaitu :
1.      Emosi bayi sangat berbeda misalnya disertai oleh reaksi perilaku yang terlampau hebat bagi rangsangan yang menimbulkannya terutama dalam hal maram atau takut.
2.      Emosi lebih mudah dibiasakan pada masa bayi dibandingkan pada periode lain yang disebabkan karena kemampuan intelektual pada masa bayi sehingga mudah bereaksi terhadap rangsangan. Contohnya: bayi tidak mau masuk ke kamar dokter kalau kunjungan terakhir disuntik.
Pola emosional yang lazim pada bayi adalah kemarahan, ketakutan, rasa ingin tahu, dan kegembiraan
.
2.      Perkembangan Sosial Emosional Pada Masa Usia Pra sekolah
Dalam periode pra sekolah, anak mampu mengembangkan diri dengan berbagai orang dari berbagai tatanan, yaitu keluarga, sekolah dan teman sebaya. Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan, sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan- aturan yang berlaku di dalam masyarakat dimana anak berada.

Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak, pada usia dua tahun anak- anak mulai memantapkan identitas dirinya dan selalu ingin menunjukan kemauan dan kemampuannya dengan berbagai pertanyaan. Tidak jarang pada saat tersebut anak- anak dinilai sebagai anak keras kepala.
Di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai berikut:
a.       Berkembangnya konsep diri, secara perlahan pemahamannya tentang kehidupan berkembang. Anak mulai menyadari bahwa dirinya, identitasnya karena kesadarannya itu menunjukan “Akunya” (eksitensi diri). Segalanya ingin ia coba, ia merasa dirinya bisa.
b.      Munculnya egosentris, diusia ini anak berfikir bahwa segala yang ada dan tersedia adalah untuk dirinya, semuanya ada untuk memenuhi kebutuhannya. Kuatnya egosentris ini mempengaruhi perilaku anak dalam bermain, saat bermain anak enggan untuk meminjamkan mainannya pada anak lain juga menolak mengembalikan mainan pinjamannya. Wajarlah jika saat seperti ini terjadi konflik dengan temannya. Pada saat mengalami konflik ini anak belum bisa menyelesaikannya secara efektif, ia cenderung menghindar dan menyalahkan orang lain.
c.       Rasa ingin tahu yang tinggi, rasa ingin tahu meliputi berbagai hal termasuk seksual sehingga ia selalu bereksplorasi dalam apapun dimanapun.
d.      Imajinasi yang tinggi, imajinasi yang tinggi di usia ini sangat mendominasi setiap perilakunya, sehingga anak sulit membedakan mana khayalan mana kenyataan. Ia kadang suka melebih- lebihkan cerita. Daya imajinasi ini biasanya melahirkan teman imajiner (teman yang tidak pernah ada), teman khayalan ini mampu mencurahkan segala pengalaman dan perasaannya.
e.       Belajar menimbang rasa, Diusia 4 tahun minat meniru terhadap teman- temannya mulai berkembang, anak mulai bisa terlibat dalam permainan kelompok bersama teman- temannya walaupun kerap terjadi pertengkaran. Hal ini karena ia masih memikirkan dirinya sendiri. Empati anak mulai berkembang, ia mulai merasakan apa yang sedang orang lain rasakan. Jika melihat ibunya bersedih ia akan mendekati, memeluk dan membawa sesuatu yang dapat menghibur. pada masa ini anak mulai belajar konsep benar salah.
f.       Munculnya control internal, Kontrol internal muncul di akhir masa usia pra sekolah, perasaan malu mulai muncul ia akan merasa malu dan bersalah jika ia melakukan perbuatan yang salah. Dengan demikian tepatnya diusia 5 tahun ia sudah siap terjun kelingkungan di luar rumah dan sudah sanggup menyesuaikan diri dengan standar perilaku yang di harapkan.
g.      Belajar dari lingkungan, Anak mulai meniru apa yang sering dilakukannya ia belajar mengidentifikasi dirinya dengan model yang dilihatnya misalnya ia akan berperilaku sama persis seperti apa yang di lihatnya di TV dan ia pun akan bercita- cita sama seperti profesi orang tuanya. Jadi di usia ini lingkunganlah yang sangat berperan dalam membentuk perilakunya.
h.      Berkembangnya cara berfikir, Anak mulai mengembangkan pemahamannya tentang hubungan benda antara bagian dan keseluruhan. Pemahaman konsep waktu belum berkembang sempurna anak belum bisa membedakan antara tadi pagi dan kemarin sore.
i.        Berkembangnya kemampuan berbahasa, dibidang masa sebelumnya anak lebih bisa diajak berkomunikasi, ia mulai mengungkapkan keinginannya dengan bahasa verbal, namun kadang- kadang ia ingin bereksperimen dengan kata- kata yang kotor atau yang mengejutkan orang tuanya.







B.     Ciri Khas Penampilan Emosi AUD
pada dasarnya penampilan dan ekspresi semosi pada anak usia dini sama. Berikut menurut Syamsu (2008) :
1.      Rasa takut
Takut yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang membahayakan. Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui tahapan.Mula-mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan yang terdapat pada objek.
Timbulnya rasa takut setelah mengenal bahaya.Rasa takut bias hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindari bahaya.
2.      Rasa malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa.
3.      Rasa canggung
Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap manusia, bukan ada obyek atau situasi. Rasa canggung berbeda dengan rasa malu daam hal bahwa kecanggungan tidak disebabkan oleh adanya orang yang tidak dikenal atau orang yang sudah dikenal yang memakaai pakaian tidak seperti biasanya, tetapi lebih disebabkan oleh keraguan-raguan tentang penilaian orang lain terhadap prilaku atau diri seseorang. Oleh karena itu, rasa canggung merupakan keadaan khawatir yang menyangkut kesadaran-diri (selfconscious distress).
4.      Rasa khawatir
Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan ketakutan atau gelisah tanpa alasan. Tidak seperti ketakutan yang nyata, rasa khawatir tidak langsung ditimbulkan oleh rangsangan dalam lingkungan tetapi merupakan produk pikiran anak itu sendiri. Rasa khawatir timbul karena karena membayangkan situasi berbahaya yang mungkin akan meningkat. Kekhawatiran adalah normal pada masa kanak-kanak, bahkan pada anak-anak yang penyesuaiannya paling baik sekalipun.
5.      Rasa cemas
Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan. Rasa cemas ditandai oleh kekhwatiran, ketidakenakan, dan merasa yang tidak baik yang tidak dapat dihindari oleh seseorang; disertai dengan perasaan tidak berdaya karena merasa menemui jalan buntu; dan di sertai pula dengan ketidakmampuan menemukan pemecahan masalah yang dicapai.
6.      Rasa marah
Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa kanak-kanak jika dibandingkan dengan rasa takut. Alasannya ialah karena rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan pada usia yang dini anak-anak mengetahui bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif untuk memperoleh perhatian atau memenuhi keinginan mereka.
7.      Rasa cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang yang nyata, dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih sayang.
8.      Duka cita
Duka cita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai.
9.      Keingintahuan
Rangsangan yang menimbulkan keingintahuan anak-anak sangat banyak. Anak-anak menaruh minat terhadap segala sesuatu di lingkungan mereka, termasuk diri sendiri.
10.  Kegembiraan
Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan yang juga dikenal dengan keriangan, kesenangan, atau kebahagian. Setiap anak berbeda-beda intensitaskegembiraan dan jumlah kegembiraannya serta cara mengepresikannya sampai batas-batas tertentu dapat diramalkan. Sebagai contoh ada kecenderungan umur yang dapat diramalkan, yaitu anak-anak yang lebih muda merasa gembira dalam bentuk yang lebih menyolok dari pada anak-anak yang lebih tua.

C.    Emosi Dasar

1. Pengertian emosi
Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri kita, dapat berupa perasaan senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk. Dalam “World Book Dictionary” emosi didefinisikan sebagai “berbagai perasaan yang kuat”. Perasaan benci, takut, marah, cinta, senang, dan kesedihan. Macam-macam perasaan tersebut adalah gambaran dari emosi.
Syamsudin mengemukakan bahwa ”emosi merupakan suatu suasana yang komplekx yang muncul sebelum dan sesudah terjadinya suatu peristiwa. Jenis emosi dasar:
1. Gembira
Setiap orang pada berbagai usia mengenal perasaan yang menyenangkan. Pada umumnya perasaan gembira dan senang diekspresikan dengan tersenyum, atau tertawa. Dengan perasaan menyenangkan seseorang dapat merasakan cinta, dan kepercayaan diri.
2.Marah
Emosi marah terjadi pada saat individu merasa dihambat, frustasi karena tidak mencapai yang diinginkan, dicerca orang, diganggu atau dihadapkan pada suatu tuntutan yang berlawanan dengan keinginannya. Perasaan marah ini membuat orang seperti ingin menyerang ”musuhnya”. Kemarahan membuat individu sangat bertenaga dan impulsif , ia membuat kencang dan wajah merah.
3.Takut
Perasaan takut merupakan bentuk emosi yang menunjukkan adanya bahaya. Menurut Helen Ross perasaan takut adalah suatu perasaan yang hakiki dan erat hubungannya dengan upaya mempertahankan diri. Perasaan takut ditandai oleh perubahan fisiologis, seperti mata melebar, berhati-hati, berhenti bergerak, badan gemetar, menangis, bersembunyi, melarikan diri atau berlindung di belakang punggung oranglain.
  4.Sedih
Dalam kehidupan individu akan merasa sedih pada saat ia berpisah dari yang lain, terutama berpisah dengan orang-orang yang dicintainya. Perasaan terasing, ditinggalkan, ditolak, atau tidak diperhatikan dapt membuat individu bersedih. Stewart at all mengungkapkan bahwa ekspresi kesedihan individu biasanya ditandai dengan alis dan kening mengkerut ke atas dan mendalam, kelopak mata ditarik ke atas, ujung mulut ditarik ke bawah, serta dagu diangkat pada pusat bibir bagian bawah.
Dari keempat emosi dasar ini dapt berkembang menjadi berbagai macam emosi, yang diklasifikasikan ke dalam kelompok emosi positif dan emosi negatif.
Emosi positif
Emosi Negatif
  Eagerness (rela)
  Humour (lucu)
  Joy (kegembiraan)
  Pleasure (kesenangan)
  Curiosity (rasa ingin tahu)
  Happiness(kebahagiaan)
  Delight (kesukaan)
  Love (rasa cinta)
  Excitement (ketertarikan)
  Impatience (tidak sabar)
  Uncertainty (kebimbangan)
  Anger (marah)
  Suspicion (kecurigaan)
  Anxiety (rasa cemas)
  Guilt (rasa bersalah)
  Jelousy (rasa cemburu)
  Annoyance (rasa jengkel)
  Fear (rasa takut)
  Depression (depresi)
  Sadness (Kesedihan)
  Hate (rasa benci)

Kita dapat merasakan emosi-emosi ini dengan kuat dan dapat diperlihatkan dalam berbagai tampilan fisik. Misalnya jika merasa bahagia maka kita dapat tertawa keras dan lepas, atau jika merasa takut maka kita akan berteriak. Proses pengekspresian emosi ini memang dipengaruhi oleh lingkungannya. Adakalanya suatu lingkungn yang menerima anggotanya jika tertawa terbahak-bahak, namun adapula lingkungan yang menolak.

D.    Emosi Yang Disadari
Menurut Goleman (1995) mengungkapkan lima wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam belajar-mengajar ataupun kegiatan lainnya.
a. Mengendalikan emosi diri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosikonal. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar terungkap dengan tepat.Hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersiggungan dan bangkit kembali dengan cepat. Sebaliknya, orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal yang negatif yang merugikan dirinya sendiri.
c. Memotivasi diri
Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal berikut:
1.      cara mengendalikan dorongan hati;
2.      derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang;
3.      kekuatan berpikir positif;
4.      optimisme;
5.      keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurahkepada apa yang sedang terjadi, pekerjaannya, hanya terpokus pada satu objek. Dengankemampuan memotivasi diri, seseorang cenderung memilikipandangan yang positif dalam menilaisegala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.
d.  Mengenali emosi orang lain
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya, apabila seseorang tidak mampu menhyesuaikan diri dengan emosinya sendiri, ia tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.
e. Membina hubungan dengan orang lain.
Seni dalam menjaga hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan social yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain

E.     Bahasa Dan Pemahaman Emosi Pada Anak Usia dini 2-4 tahun

Perkembangan bahasa anak tampak dari bahasa sehari-hari yang digunakannya. Ia mulai mampu memberikan gambaran atas suatu situasi atau benda dengan menggunakan kata-kata. Tak hanya itu, ia pun mulai dapat bercakap-cakap dengan anak seusianya, apalagi dengan orang dewasa. Selain itu, ia tidak berhenti bertanya dan berbicara.
Pada rentang usia ini, anak juga mendapatkan banyak perangsangan dari lingkungan pergaulannya. Hubungan yang dilakukan dengan teman sebaya merangsang kemampuannya berkomunikasi. Ibu - Bapak dapat mengatur pertemuan rutin antara anak dengan teman-temannya. Anak bisa mengikuti kegiatan bermain di kelompok bermain atau berkunjung ke rumah teman-temannya.
Kemampuan berkhayalnya pun berkembang dengan baik. Anak menyenangi kegiatan bermain pura-pura, misalnya, berdandan menggunakan pakaian ibu atau bapaknya, memainkan peran profesi, seperti main polisi-polisian, dokter-dokteran, sekolah-sekolahan, dan lain-lain. Ikutlah bermain dengan anak, dan lakukan perangsangan bahasanya dengan berlatih memerankan tokoh yang bukan dirinya.
Kegiatan yang dapat dilakukan:
·         Percakapan mengenai tayangan televisi atau film yang ditonton anak. Setelah ia selesai menonton, ajak anak untuk membicarakan tayangan tersebut. Tanyakan padanya mengenai nama tokohnya dan akhir ceritanya.
Menggunakan kata posisi di dalam kalimat. Bantu anak untuk memahami arti kata-kata di atas,di dalam, dan di bawah dengan menunjukkannya nyatanya. Sebagai contoh, “Boneka diletakkan di atas meja, sedangkan mobil-mobilan diletakkan di dalam kotak.”
·         Bersenang-senang sambil membaca buku. Kontak fisik tetap diperlukan ketika membaca buku. Anak akan merasa nyaman sehingga ia mengembangkan perasaan positif dan siap untuk mendengarkan serta berdiskusi mengenai buku yang dibaca.
·         Berbincang-bincang tentang gambar dan kegiatannya. Ketika anak menunjukkan hasil karyanya, apapun itu, berikan dukungan dengan berbincang mengenai hasil karyanya. Dengarkan secara seksama apa yang ia jelaskan. Berikan tanggapan positif yang sesuai.


F.     Bahasa dan pemahaman emosi pada anak 5-10 tahun
Usia 5 tahun sudah bisa menyampaikan perasaan mereka pada orang lain.
Anak-anak ini sudah bisa mengekspresikan emosi dasar dari rasa marah dan takut, baik dengan cara yang positif maupun negative. Marah sebagai bentuk pernyataan asertif, merupakan dasar dari cara anak mengembangkan kemampuan inisiatif, dan bisa mendorongnya kearah prestasi dan penyelesaian masalah. Rasa takut, yang diekspresikan dalam bentuk kecemasan yang ringan justru bisa menjadi sebuah motivator bagi mereka. Marah juga bisa mereka ekspresikan dalam bentuk agresisivitas, biasanya hal ini disebabkan karena mainan dan ruang bermain atau tempat untuk bereksplorasi yang kurang, dan kecemburuan biasanya berkaitan dengan persaingan antar saudara kandung.
Anak prasekolah hanya mengekspresikan satu emosi pada satu waktu, dan belum bisa memadukan emosi atau perasaan dari hal-hal yang membingungkan, seperti yang dirasakan oleh anak-anak yang lebih besar. Karena itu, anak-anak ini menjadi bingung dan sulit untuk membedakan emosi mereka, dan tidak tahu bagaimana cara menyampaikan apa yang mengganggu atau apa yang mereka inginkan.
Pada usia 5 – 10 tahun perkembangan emosi anak usia sekolah kurang lebih sama dengan anak usia prasekolah, namun karena kemampuan kognitif mereka sudah lebih berkembang, hal ini memungkinkan mereka untuk bisa mengekpresikan emosinya dengan lebih bervariasi, dan terkadang bisa mengekpresikan secara bersamaan dua bentuk emosi yang berbeda dan bahkan bertolak belakang.
Perkembangan kemampuan kognitif mereka juga yang membuat anak-anak usia antara 6-8 tahun sudah mengetahui bahwa orang lain bisa punya perasaan dan pikiran berbeda mengenai suatu hal. Pada usia 8-10 tahun mereka bisa mempersepsi/mengira-ngira mengenai apa yg orang lain pikir dan rasakan, dan pada usia 12 tahun keatas mereka sudah mampu menganalisa dan mengevaluasi cara mereka merasakan atau memikirkan sesuatu, begitu juga orang lain, dan mereka sudah mulai bisa merasakan bentuk empati yang lebih dalam.
Pengetahuan mengenai benar – salah dan perkembangan emosi mengenai perasaan benar dan salah pada anak usia ini ditentukan oleh aturan yang ada dalam keluarga, sekolah, masyarakat dan teman sebaya mereka. Begitu anak-anak tumbuh dan berkembang, mereka semakin matang untuk membentuk aturan dan nilai-nilai mereka sendiri dalam kerangka social dan budaya yang lebih luas. Anak-anak pada usia 6-7 tahun mengetahui adanya aturan, dan menganggap hal tersebut tidak bisa diubah, dan mereka selalu memikirkan mengenai hukuman yang akan mereka dapat jika mereka melanggar aturan. Mulai usia 10 tahun keatas, mereka mulai bisa mempertimbangkan antara tujuan tingkah laku dan konsekuensinya, mereka juga menyadari bahwa sebuah tingkah laku bisa memiliki makna berbeda tergantung sudut pandangnya. Mereka juga tahu bahwa aturan bisa diubah dan dikompromikan.












BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian yang telah dikemukakan, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: sejak bayi, seseorang sudah ada emosi yang tampak yang dapat ditimbulkan melalui rangsangan. Perkembangan sosial-emosional diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak.
Pada usia dini anak mengalami perubahan baik fisik dan mental dengan berbagai karakter.
Setiap perkembangan memiliki tahapan-tahapan yang mengikuti pola atau arah tertentu begitupun dengan perkembangan sosial-emosional.
Lalu  dari segi penampilan anak usia dini walau pun pra sekolah juga berbeda  .emosi anak yang gemar berbica membuat orang tua marah dan  kemampuannya dengan berbagai pertanyaan. Tidak jarang pada saat tersebut anak- anak dinilai sebagai anak keras kepala. Pengetahuan mengenai benar – salah dan perkembangan emosi mengenai perasaan benar dan salah pada anak usia ini ditentukan oleh aturan yang ada dalam keluarga, sekolah, masyarakat dan teman sebaya mereka. Begitu anak-anak tumbuh dan berkembang, mereka semakin matang untuk membentuk aturan dan nilai-nilai mereka sendiri dalam kerangka social dan budaya yang lebih luas. Anak-anak pada usia 6-7 tahun mengetahui adanya aturan, dan menganggap hal tersebut tidak bisa diubah, dan mereka selalu memikirkan mengenai hukuman yang akan mereka dapat jika mereka melanggar aturan. Mulai usia 10 tahun keatas, mereka mulai bisa mempertimbangkan antara tujuan tingkah laku dan konsekuensinya, mereka juga menyadari bahwa sebuah tingkah laku bisa memiliki makna berbeda tergantung sudut pandangnya. Mereka juga tahu bahwa aturan bisa diubah dan dikompromikan.

DAFTAR PUSTAKA
METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL. ALI NUGRAHA DAN YENI RACHMAWATI. JAKARTA. UNIVERSITAS TERBUKA. 2006






Tidak ada komentar:

Posting Komentar