BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Emosi merupakan
gejala psikis yang bersifat subjetif yang umumnya berhubungan dengan
gejala-gejala mengenai dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang,
perasaan baik atau buruk dalam berbagai kehidupan sehari-hari. Dalam word book
dictionary (1994;690) emosi terdepinisi sebagai “berbagai prasaan yang kuat”
perasan benci, takut, marah, cinta, senang, dan kesedihan.macam-macam prasaan
tersebut adalah gambaran dari emosi.
Menurut Hurlock
(Sujanto, 1996: 38) perkembangan sosial usia prasekolah berarti perolehan
kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Kemampuan anak
menyesuaikan diri dalam lingkungan TK memerlukan tiga proses yaitu;
1) belajar
berperilaku yang dapat diterima secara sosial
2) memainkan
peran sosial yang dapat diterima
3) perkembangan
sosial untuk bergaul dengan baik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pola reaksi emosi yang umum terjadi pada anak-anak
1.
Reaksi Dan Pola Emosional Pada
Bayi
Keadaan psikologis pada masa bayi
adalah pada masa lahir emosi tampak dalam bentuk sederhana hampir tidak
terlihat, dapat bertambahnya usia berbagai reaksi emosional menjadi lebih dapat
dibedakan dan emosional dapat ditimbulkan rangsangan. Ada dua ciri yaitu :
1.
Emosi bayi sangat berbeda misalnya disertai oleh reaksi
perilaku yang terlampau hebat bagi rangsangan yang menimbulkannya terutama
dalam hal maram atau takut.
2.
Emosi lebih mudah dibiasakan pada masa bayi dibandingkan
pada periode lain yang disebabkan karena kemampuan intelektual pada masa bayi
sehingga mudah bereaksi terhadap rangsangan. Contohnya: bayi tidak mau masuk ke
kamar dokter kalau kunjungan terakhir disuntik.
Pola emosional yang lazim pada bayi adalah kemarahan, ketakutan, rasa ingin tahu, dan kegembiraan
Pola emosional yang lazim pada bayi adalah kemarahan, ketakutan, rasa ingin tahu, dan kegembiraan
.
2.
Perkembangan Sosial Emosional
Pada Masa Usia Pra sekolah
Dalam periode pra sekolah, anak mampu mengembangkan diri dengan berbagai orang dari berbagai tatanan, yaitu keluarga, sekolah dan teman sebaya. Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan, sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan- aturan yang berlaku di dalam masyarakat dimana anak berada.
Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak, pada usia dua tahun anak- anak mulai memantapkan identitas dirinya dan selalu ingin menunjukan kemauan dan kemampuannya dengan berbagai pertanyaan. Tidak jarang pada saat tersebut anak- anak dinilai sebagai anak keras kepala.
Dalam periode pra sekolah, anak mampu mengembangkan diri dengan berbagai orang dari berbagai tatanan, yaitu keluarga, sekolah dan teman sebaya. Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan, sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan- aturan yang berlaku di dalam masyarakat dimana anak berada.
Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak, pada usia dua tahun anak- anak mulai memantapkan identitas dirinya dan selalu ingin menunjukan kemauan dan kemampuannya dengan berbagai pertanyaan. Tidak jarang pada saat tersebut anak- anak dinilai sebagai anak keras kepala.
Di usia ini
anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan karakteristik
sebagai berikut:
a.
Berkembangnya
konsep diri, secara perlahan pemahamannya tentang kehidupan
berkembang. Anak mulai menyadari bahwa dirinya, identitasnya karena
kesadarannya itu menunjukan “Akunya” (eksitensi diri). Segalanya ingin ia coba,
ia merasa dirinya bisa.
b.
Munculnya
egosentris, diusia ini anak berfikir bahwa segala yang ada dan
tersedia adalah untuk dirinya, semuanya ada untuk memenuhi kebutuhannya.
Kuatnya egosentris ini mempengaruhi perilaku anak dalam bermain, saat bermain
anak enggan untuk meminjamkan mainannya pada anak lain juga menolak
mengembalikan mainan pinjamannya. Wajarlah jika saat seperti ini terjadi
konflik dengan temannya. Pada saat mengalami konflik ini anak belum bisa
menyelesaikannya secara efektif, ia cenderung menghindar dan menyalahkan orang
lain.
c.
Rasa ingin tahu
yang tinggi, rasa ingin tahu meliputi berbagai hal termasuk seksual
sehingga ia selalu bereksplorasi dalam apapun dimanapun.
d.
Imajinasi yang
tinggi, imajinasi yang tinggi di usia ini sangat mendominasi setiap perilakunya,
sehingga anak sulit membedakan mana khayalan mana kenyataan. Ia kadang suka
melebih- lebihkan cerita. Daya imajinasi ini biasanya melahirkan teman imajiner
(teman yang tidak pernah ada), teman khayalan ini mampu mencurahkan segala
pengalaman dan perasaannya.
e.
Belajar
menimbang rasa, Diusia 4 tahun minat meniru terhadap teman- temannya
mulai berkembang, anak mulai bisa terlibat dalam permainan kelompok bersama
teman- temannya walaupun kerap terjadi pertengkaran. Hal ini karena ia masih
memikirkan dirinya sendiri. Empati anak mulai berkembang, ia mulai merasakan
apa yang sedang orang lain rasakan. Jika melihat ibunya bersedih ia akan
mendekati, memeluk dan membawa sesuatu yang dapat menghibur. pada masa ini anak
mulai belajar konsep benar salah.
f.
Munculnya
control internal, Kontrol internal muncul di akhir masa usia pra sekolah,
perasaan malu mulai muncul ia akan merasa malu dan bersalah jika ia melakukan
perbuatan yang salah. Dengan demikian tepatnya diusia 5 tahun ia sudah siap
terjun kelingkungan di luar rumah dan sudah sanggup menyesuaikan diri dengan
standar perilaku yang di harapkan.
g.
Belajar dari
lingkungan, Anak mulai meniru apa yang sering dilakukannya ia
belajar mengidentifikasi dirinya dengan model yang dilihatnya misalnya ia akan
berperilaku sama persis seperti apa yang di lihatnya di TV dan ia pun akan
bercita- cita sama seperti profesi orang tuanya. Jadi di usia ini lingkunganlah
yang sangat berperan dalam membentuk perilakunya.
h.
Berkembangnya
cara berfikir, Anak mulai mengembangkan pemahamannya tentang hubungan
benda antara bagian dan keseluruhan. Pemahaman konsep waktu belum berkembang
sempurna anak belum bisa membedakan antara tadi pagi dan kemarin sore.
i.
Berkembangnya
kemampuan berbahasa, dibidang masa sebelumnya anak lebih bisa diajak berkomunikasi,
ia mulai mengungkapkan keinginannya dengan bahasa verbal, namun kadang- kadang
ia ingin bereksperimen dengan kata- kata yang kotor atau yang mengejutkan orang
tuanya.
B.
Ciri Khas Penampilan Emosi AUD
pada dasarnya penampilan dan ekspresi semosi
pada anak usia dini sama. Berikut
menurut Syamsu (2008) :
1. Rasa takut
Takut
yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang membahayakan. Rasa takut terhadap
sesuatu berlangsung melalui tahapan.Mula-mula tidak takut, karena anak belum
sanggup melihat kemungkinan yang terdapat pada objek.
Timbulnya rasa takut setelah
mengenal bahaya.Rasa takut bias hilang kembali setelah mengetahui cara-cara
menghindari bahaya.
2. Rasa malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan
yang ditandai oleh penarikan diri dari hubungan dengan orang lain yang tidak
dikenal atau tidak sering berjumpa.
3. Rasa canggung
Seperti halnya rasa malu, rasa
canggung adalah reaksi takut terhadap manusia, bukan ada obyek atau situasi.
Rasa canggung berbeda dengan rasa malu daam hal bahwa kecanggungan tidak
disebabkan oleh adanya orang yang tidak dikenal atau orang yang sudah dikenal
yang memakaai pakaian tidak seperti biasanya, tetapi lebih disebabkan oleh
keraguan-raguan tentang penilaian orang lain terhadap prilaku atau diri
seseorang. Oleh karena itu, rasa canggung merupakan keadaan khawatir yang
menyangkut kesadaran-diri (selfconscious distress).
4. Rasa khawatir
Rasa khawatir biasanya dijelaskan
sebagai khayalan ketakutan atau gelisah tanpa alasan. Tidak seperti ketakutan
yang nyata, rasa khawatir tidak langsung ditimbulkan oleh rangsangan dalam
lingkungan tetapi merupakan produk pikiran anak itu sendiri. Rasa khawatir
timbul karena karena membayangkan situasi berbahaya yang mungkin akan
meningkat. Kekhawatiran adalah normal pada masa kanak-kanak, bahkan pada
anak-anak yang penyesuaiannya paling baik sekalipun.
5.
Rasa cemas
Rasa cemas ialah keadaan mental yang
tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan. Rasa
cemas ditandai oleh kekhwatiran, ketidakenakan, dan merasa yang tidak baik yang
tidak dapat dihindari oleh seseorang; disertai dengan perasaan tidak berdaya
karena merasa menemui jalan buntu; dan di sertai pula dengan ketidakmampuan
menemukan pemecahan masalah yang dicapai.
6. Rasa marah
Rasa marah adalah ekspresi yang
lebih sering diungkapkan pada masa kanak-kanak jika dibandingkan dengan rasa
takut. Alasannya ialah karena rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih
banyak, dan pada usia yang dini anak-anak mengetahui bahwa kemarahan merupakan
cara yang efektif untuk memperoleh perhatian atau memenuhi keinginan mereka.
7. Rasa cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal
terhadap kehilangan kasih sayang yang nyata, dibayangkan, atau ancaman
kehilangan kasih sayang.
8. Duka cita
Duka cita adalah trauma psikis,
suatu kesengsaraan emosional yang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang
dicintai.
9. Keingintahuan
Rangsangan yang menimbulkan
keingintahuan anak-anak sangat banyak. Anak-anak menaruh minat terhadap segala
sesuatu di lingkungan mereka, termasuk diri sendiri.
10. Kegembiraan
Kegembiraan
adalah emosi yang menyenangkan yang juga dikenal dengan keriangan, kesenangan,
atau kebahagian. Setiap anak berbeda-beda intensitaskegembiraan dan jumlah
kegembiraannya serta cara mengepresikannya sampai batas-batas tertentu dapat
diramalkan. Sebagai contoh ada kecenderungan umur yang dapat diramalkan, yaitu
anak-anak yang lebih muda merasa gembira dalam bentuk yang lebih menyolok dari
pada anak-anak yang lebih tua.
C.
Emosi Dasar
1. Pengertian
emosi
Emosi
adalah perasaan yang ada dalam diri kita, dapat berupa perasaan senang atau
tidak senang, perasaan baik atau buruk. Dalam “World Book Dictionary” emosi
didefinisikan sebagai “berbagai perasaan yang kuat”. Perasaan benci,
takut, marah, cinta, senang, dan kesedihan. Macam-macam perasaan tersebut
adalah gambaran dari emosi.
Syamsudin
mengemukakan bahwa ”emosi merupakan suatu suasana yang komplekx yang muncul
sebelum dan sesudah terjadinya suatu peristiwa. Jenis emosi
dasar:
1. Gembira
Setiap orang
pada berbagai usia mengenal perasaan yang menyenangkan. Pada umumnya perasaan
gembira dan senang diekspresikan dengan tersenyum, atau tertawa. Dengan
perasaan menyenangkan seseorang dapat merasakan cinta, dan kepercayaan diri.
2.Marah
Emosi marah
terjadi pada saat individu merasa dihambat, frustasi karena tidak mencapai yang
diinginkan, dicerca orang, diganggu atau dihadapkan pada suatu tuntutan yang
berlawanan dengan keinginannya. Perasaan marah ini membuat orang seperti ingin
menyerang ”musuhnya”. Kemarahan membuat individu sangat bertenaga dan impulsif
, ia membuat kencang dan wajah merah.
3.Takut
Perasaan takut
merupakan bentuk emosi yang menunjukkan adanya bahaya. Menurut Helen Ross
perasaan takut adalah suatu perasaan yang hakiki dan erat hubungannya dengan
upaya mempertahankan diri. Perasaan takut ditandai oleh perubahan fisiologis,
seperti mata melebar, berhati-hati, berhenti bergerak, badan gemetar, menangis,
bersembunyi, melarikan diri atau berlindung di belakang punggung oranglain.
4.Sedih
Dalam kehidupan
individu akan merasa sedih pada saat ia berpisah dari yang lain, terutama
berpisah dengan orang-orang yang dicintainya. Perasaan terasing, ditinggalkan,
ditolak, atau tidak diperhatikan dapt membuat individu bersedih. Stewart at all
mengungkapkan bahwa ekspresi kesedihan individu biasanya ditandai dengan alis
dan kening mengkerut ke atas dan mendalam, kelopak mata ditarik ke atas, ujung
mulut ditarik ke bawah, serta dagu diangkat pada pusat bibir bagian bawah.
Dari keempat
emosi dasar ini dapt berkembang menjadi berbagai macam emosi, yang
diklasifikasikan ke dalam kelompok emosi positif dan emosi negatif.
Emosi positif
|
Emosi Negatif
|
Eagerness (rela)
Humour (lucu)
Joy (kegembiraan)
Pleasure (kesenangan)
Curiosity (rasa ingin tahu)
Happiness(kebahagiaan)
Delight (kesukaan)
Love (rasa cinta)
Excitement (ketertarikan)
|
Impatience (tidak sabar)
Uncertainty (kebimbangan)
Anger (marah)
Suspicion (kecurigaan)
Anxiety (rasa cemas)
Guilt (rasa bersalah)
Jelousy (rasa cemburu)
Annoyance (rasa jengkel)
Fear (rasa takut)
Depression (depresi)
Sadness (Kesedihan)
Hate (rasa benci)
|
Kita dapat
merasakan emosi-emosi ini dengan kuat dan dapat diperlihatkan dalam berbagai
tampilan fisik. Misalnya jika merasa bahagia maka kita dapat tertawa keras dan
lepas, atau jika merasa takut maka kita akan berteriak. Proses pengekspresian
emosi ini memang dipengaruhi oleh lingkungannya. Adakalanya suatu lingkungn
yang menerima anggotanya jika tertawa terbahak-bahak, namun adapula lingkungan
yang menolak.
D.
Emosi Yang Disadari
Menurut Goleman (1995) mengungkapkan lima wilayah kecerdasan emosional yang
dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam belajar-mengajar ataupun kegiatan lainnya.
a. Mengendalikan emosi diri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosikonal. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosikonal. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar terungkap dengan tepat.Hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersiggungan dan bangkit kembali dengan cepat. Sebaliknya, orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal yang negatif yang merugikan dirinya sendiri.
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar terungkap dengan tepat.Hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersiggungan dan bangkit kembali dengan cepat. Sebaliknya, orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal yang negatif yang merugikan dirinya sendiri.
c. Memotivasi diri
Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal berikut:
Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal berikut:
1.
cara mengendalikan dorongan
hati;
2.
derajat kecemasan yang
berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang;
3.
kekuatan berpikir positif;
4.
optimisme;
5.
keadaan flow (mengikuti
aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurahkepada apa
yang sedang terjadi, pekerjaannya, hanya terpokus pada satu objek.
Dengankemampuan memotivasi diri, seseorang cenderung memilikipandangan yang
positif dalam menilaisegala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.
d. Mengenali emosi orang lain
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya, apabila seseorang tidak mampu menhyesuaikan diri dengan emosinya sendiri, ia tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya, apabila seseorang tidak mampu menhyesuaikan diri dengan emosinya sendiri, ia tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.
e. Membina hubungan dengan orang lain.
Seni dalam menjaga hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan social yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain
Seni dalam menjaga hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan social yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain
E.
Bahasa Dan
Pemahaman Emosi Pada Anak Usia dini 2-4 tahun
Perkembangan
bahasa anak tampak dari bahasa sehari-hari yang digunakannya. Ia mulai mampu
memberikan gambaran atas suatu situasi atau benda dengan menggunakan kata-kata.
Tak hanya itu, ia pun mulai dapat bercakap-cakap dengan anak seusianya, apalagi
dengan orang dewasa. Selain itu, ia tidak berhenti bertanya dan berbicara.
Pada
rentang usia ini, anak juga mendapatkan banyak perangsangan dari lingkungan
pergaulannya. Hubungan yang dilakukan dengan teman sebaya merangsang
kemampuannya berkomunikasi. Ibu - Bapak dapat mengatur pertemuan rutin antara anak dengan
teman-temannya. Anak bisa mengikuti kegiatan bermain di kelompok bermain atau
berkunjung ke rumah teman-temannya.
Kemampuan
berkhayalnya pun berkembang dengan baik. Anak menyenangi kegiatan bermain
pura-pura, misalnya, berdandan menggunakan pakaian ibu atau bapaknya, memainkan
peran profesi, seperti main polisi-polisian, dokter-dokteran, sekolah-sekolahan,
dan lain-lain. Ikutlah bermain dengan anak, dan lakukan perangsangan bahasanya
dengan berlatih memerankan tokoh yang bukan dirinya.
Kegiatan
yang dapat dilakukan:
·
Percakapan mengenai tayangan televisi atau film yang
ditonton anak. Setelah ia selesai menonton, ajak anak untuk membicarakan
tayangan tersebut. Tanyakan padanya mengenai nama tokohnya dan akhir ceritanya.
Menggunakan kata posisi di dalam kalimat.
Bantu anak untuk memahami arti kata-kata di atas,di dalam, dan di bawah dengan
menunjukkannya nyatanya. Sebagai contoh, “Boneka diletakkan di atas meja,
sedangkan mobil-mobilan diletakkan di dalam kotak.”
·
Bersenang-senang sambil membaca buku. Kontak fisik tetap
diperlukan ketika membaca buku. Anak akan merasa nyaman sehingga ia mengembangkan
perasaan positif dan siap untuk mendengarkan serta berdiskusi mengenai buku
yang dibaca.
·
Berbincang-bincang tentang gambar dan kegiatannya. Ketika
anak menunjukkan hasil karyanya, apapun itu, berikan dukungan dengan berbincang
mengenai hasil karyanya. Dengarkan secara seksama apa yang ia jelaskan. Berikan
tanggapan positif yang sesuai.
F.
Bahasa dan
pemahaman emosi pada anak 5-10 tahun
Usia 5 tahun sudah bisa menyampaikan perasaan mereka pada orang lain.
Anak-anak ini sudah bisa mengekspresikan emosi dasar dari rasa marah dan takut, baik dengan cara yang positif maupun negative. Marah sebagai bentuk pernyataan asertif, merupakan dasar dari cara anak mengembangkan kemampuan inisiatif, dan bisa mendorongnya kearah prestasi dan penyelesaian masalah. Rasa takut, yang diekspresikan dalam bentuk kecemasan yang ringan justru bisa menjadi sebuah motivator bagi mereka. Marah juga bisa mereka ekspresikan dalam bentuk agresisivitas, biasanya hal ini disebabkan karena mainan dan ruang bermain atau tempat untuk bereksplorasi yang kurang, dan kecemburuan biasanya berkaitan dengan persaingan antar saudara kandung.
Anak prasekolah hanya mengekspresikan satu emosi pada satu waktu, dan belum bisa memadukan emosi atau perasaan dari hal-hal yang membingungkan, seperti yang dirasakan oleh anak-anak yang lebih besar. Karena itu, anak-anak ini menjadi bingung dan sulit untuk membedakan emosi mereka, dan tidak tahu bagaimana cara menyampaikan apa yang mengganggu atau apa yang mereka inginkan. Pada usia 5 – 10 tahun perkembangan emosi anak usia sekolah kurang lebih sama dengan anak usia prasekolah, namun karena kemampuan kognitif mereka sudah lebih berkembang, hal ini memungkinkan mereka untuk bisa mengekpresikan emosinya dengan lebih bervariasi, dan terkadang bisa mengekpresikan secara bersamaan dua bentuk emosi yang berbeda dan bahkan bertolak belakang.
Perkembangan kemampuan kognitif mereka juga yang membuat anak-anak usia antara 6-8 tahun sudah mengetahui bahwa orang lain bisa punya perasaan dan pikiran berbeda mengenai suatu hal. Pada usia 8-10 tahun mereka bisa mempersepsi/mengira-ngira mengenai apa yg orang lain pikir dan rasakan, dan pada usia 12 tahun keatas mereka sudah mampu menganalisa dan mengevaluasi cara mereka merasakan atau memikirkan sesuatu, begitu juga orang lain, dan mereka sudah mulai bisa merasakan bentuk empati yang lebih dalam.
Pengetahuan mengenai benar – salah dan perkembangan emosi mengenai perasaan benar dan salah pada anak usia ini ditentukan oleh aturan yang ada dalam keluarga, sekolah, masyarakat dan teman sebaya mereka. Begitu anak-anak tumbuh dan berkembang, mereka semakin matang untuk membentuk aturan dan nilai-nilai mereka sendiri dalam kerangka social dan budaya yang lebih luas. Anak-anak pada usia 6-7 tahun mengetahui adanya aturan, dan menganggap hal tersebut tidak bisa diubah, dan mereka selalu memikirkan mengenai hukuman yang akan mereka dapat jika mereka melanggar aturan. Mulai usia 10 tahun keatas, mereka mulai bisa mempertimbangkan antara tujuan tingkah laku dan konsekuensinya, mereka juga menyadari bahwa sebuah tingkah laku bisa memiliki makna berbeda tergantung sudut pandangnya. Mereka juga tahu bahwa aturan bisa diubah dan dikompromikan.
Anak-anak ini sudah bisa mengekspresikan emosi dasar dari rasa marah dan takut, baik dengan cara yang positif maupun negative. Marah sebagai bentuk pernyataan asertif, merupakan dasar dari cara anak mengembangkan kemampuan inisiatif, dan bisa mendorongnya kearah prestasi dan penyelesaian masalah. Rasa takut, yang diekspresikan dalam bentuk kecemasan yang ringan justru bisa menjadi sebuah motivator bagi mereka. Marah juga bisa mereka ekspresikan dalam bentuk agresisivitas, biasanya hal ini disebabkan karena mainan dan ruang bermain atau tempat untuk bereksplorasi yang kurang, dan kecemburuan biasanya berkaitan dengan persaingan antar saudara kandung.
Anak prasekolah hanya mengekspresikan satu emosi pada satu waktu, dan belum bisa memadukan emosi atau perasaan dari hal-hal yang membingungkan, seperti yang dirasakan oleh anak-anak yang lebih besar. Karena itu, anak-anak ini menjadi bingung dan sulit untuk membedakan emosi mereka, dan tidak tahu bagaimana cara menyampaikan apa yang mengganggu atau apa yang mereka inginkan. Pada usia 5 – 10 tahun perkembangan emosi anak usia sekolah kurang lebih sama dengan anak usia prasekolah, namun karena kemampuan kognitif mereka sudah lebih berkembang, hal ini memungkinkan mereka untuk bisa mengekpresikan emosinya dengan lebih bervariasi, dan terkadang bisa mengekpresikan secara bersamaan dua bentuk emosi yang berbeda dan bahkan bertolak belakang.
Perkembangan kemampuan kognitif mereka juga yang membuat anak-anak usia antara 6-8 tahun sudah mengetahui bahwa orang lain bisa punya perasaan dan pikiran berbeda mengenai suatu hal. Pada usia 8-10 tahun mereka bisa mempersepsi/mengira-ngira mengenai apa yg orang lain pikir dan rasakan, dan pada usia 12 tahun keatas mereka sudah mampu menganalisa dan mengevaluasi cara mereka merasakan atau memikirkan sesuatu, begitu juga orang lain, dan mereka sudah mulai bisa merasakan bentuk empati yang lebih dalam.
Pengetahuan mengenai benar – salah dan perkembangan emosi mengenai perasaan benar dan salah pada anak usia ini ditentukan oleh aturan yang ada dalam keluarga, sekolah, masyarakat dan teman sebaya mereka. Begitu anak-anak tumbuh dan berkembang, mereka semakin matang untuk membentuk aturan dan nilai-nilai mereka sendiri dalam kerangka social dan budaya yang lebih luas. Anak-anak pada usia 6-7 tahun mengetahui adanya aturan, dan menganggap hal tersebut tidak bisa diubah, dan mereka selalu memikirkan mengenai hukuman yang akan mereka dapat jika mereka melanggar aturan. Mulai usia 10 tahun keatas, mereka mulai bisa mempertimbangkan antara tujuan tingkah laku dan konsekuensinya, mereka juga menyadari bahwa sebuah tingkah laku bisa memiliki makna berbeda tergantung sudut pandangnya. Mereka juga tahu bahwa aturan bisa diubah dan dikompromikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
uraian yang telah dikemukakan, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: sejak
bayi, seseorang sudah ada emosi yang tampak yang dapat ditimbulkan melalui
rangsangan. Perkembangan sosial-emosional diperoleh dari kematangan dan
kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak.
Pada usia dini anak mengalami perubahan baik fisik dan mental dengan berbagai karakter.
Setiap perkembangan memiliki tahapan-tahapan yang mengikuti pola atau arah tertentu begitupun dengan perkembangan sosial-emosional.
Pada usia dini anak mengalami perubahan baik fisik dan mental dengan berbagai karakter.
Setiap perkembangan memiliki tahapan-tahapan yang mengikuti pola atau arah tertentu begitupun dengan perkembangan sosial-emosional.
Lalu dari segi penampilan anak usia dini walau pun
pra sekolah juga berbeda .emosi anak
yang gemar berbica membuat orang tua marah dan
kemampuannya dengan berbagai pertanyaan. Tidak
jarang pada saat tersebut anak- anak dinilai sebagai anak keras kepala. Pengetahuan
mengenai benar – salah dan perkembangan emosi mengenai perasaan benar dan salah
pada anak usia ini ditentukan oleh aturan yang ada dalam keluarga, sekolah,
masyarakat dan teman sebaya mereka. Begitu anak-anak tumbuh dan berkembang,
mereka semakin matang untuk membentuk aturan dan nilai-nilai mereka sendiri
dalam kerangka social dan budaya yang lebih luas. Anak-anak pada usia 6-7 tahun
mengetahui adanya aturan, dan menganggap hal tersebut tidak bisa diubah, dan
mereka selalu memikirkan mengenai hukuman yang akan mereka dapat jika mereka
melanggar aturan. Mulai usia 10 tahun keatas, mereka mulai bisa
mempertimbangkan antara tujuan tingkah laku dan konsekuensinya, mereka juga
menyadari bahwa sebuah tingkah laku bisa memiliki makna berbeda tergantung sudut
pandangnya. Mereka juga tahu bahwa aturan bisa diubah dan dikompromikan.
DAFTAR PUSTAKA
METODE
PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL. ALI NUGRAHA DAN YENI RACHMAWATI. JAKARTA.
UNIVERSITAS TERBUKA. 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar