Rabu, 25 Mei 2016

POLA PENGASUHAN ORANG TUA

BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan dikemudikan oleh orang tua. Alam mempercaykan pertumbuhan serta perkembangan anak peda mereka pada mereka. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak memperoleh pendidikan untuk yang pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari. Sebagaimana dikemukakan yang diungkapkan oleh Dra. Kartini Kartono, “keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk social. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak” Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu problem yang amat menarik bagi seorang pendidik dan ibu-ibu yang setiap saat menghadapi anak-anaknya yang membutuhkan pendidikan. Mengasuh dan membesarkan anak berarti memelihara kehidupan dan kesehatannya serta mendidiknya dengan ketulusan dan cinta kasih. Secara umum tanggung jawab mengasuh anak adalah tugas kedua orangtuanya. Pengertian mengasuh anak adalah mendidik, membimbing dan memeliharanya, mengurus makanan, minuman, pakaian, kebersihannya, atau pada segala perkara yang seharusnya diperlukannya, sampai batas bilamana si anak telah mampu melaksanakan keperluannya yang vital, seperti makan, minum, mandi dan berpakaian. Dalam mencapai tujuan pendidikan tidak hanya bergantung pada proses pendidikan yang dilakukan di sekolah. Keluarga dan masyarakat juga sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Sekolah, keluarga, dan masyarakat harus bekerjasama dengan baik dalam mengupayakan tercapainya tujuan pendidikan. Keluarga berperan dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian anak dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam masyarakat Dalam perkembangannya istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dengan demikian pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok untuk membina seseorang sesuai dengan norma dan kebudayaan dalam masyarakat. Keluarga sendiri merupakan tempat pertama dan terdekat dari anak untuk mendapatkan pendidikan. Dalam keluarga anak akan mendapatkan adab kemanusiaan yang berpengaruh besar terhadap perkembangan anak manusia. Oleh karena itu, pendidikan dalam keluarga dan yang diberikan oleh orang dalam keluarga akan sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya.

B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas permasalahan yang dapat ditarik adalah :
a.       Apa pengertian pola asuh orang tua?
b.      Apa saja macam-macam pola asuh orangtua ?
c.       Apa peran guru dan orang tua dalam perkembangan emosi anak ?

C.  Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penuliasan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan gambaran pola asuh orang tua terhadap pembentukan seorang anak baik itu berupa psikis maupun fisiknya serta keterkaitan pola asuh orang tua terhadap kelangsungan pendidikan seorang anak. Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah kami mengharapkan pembuatan makalah kami dapat bermanfaat bagi pembaca, menambah pengetahuan dan wawasan baru serta menjadi acuan bahwa penerapan pola asuh orang tua itu penting bagi perkembangan anak.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Pola Asuh Orang tua
Setiap orang menginginkan anaknya menjadi orang yang berkepribadian yang baik, Sikap mental yang sehat dan sikap yang terpuji. Orangtua sebagai pembentuk pribadi yang pertama dalam kehidupan anak, dan harus menjadi teladan yang baik bagi anaknya. Sebagaimana yang sinyatakan oleh Zakiyah Daradjat, bahwa “Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup merupakan unsure-unsur pendidikan yang secara tidak langsung akan masuk kedalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola” dan “asuh”. Menurut Kamus Besar Indonesia, “pola corak, model, model, system, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata “asuh dapat diartikan menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih Dan memimpin)badan atau lembaga. Lebih jelasnya kata asuh mengcakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.
Pengasuhan menurut (Schochib,2000,hlm 15) adalah orang yang melaksanakan tugas membimbing,memimpin, atau mengelola. Pengasuhan yang dimaksud disini adlah mengasuh anak. Menurut darajat mengasuh anak maksudnya adalah mendidik dan memelihara anak itu, mengurus makan, minum, pakaiannya, dan keberhasilannya dalam periode pertama sampai dewasa. Pola asuh orang tua yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif. Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Dengan pengertian diatas dapat dipahami bahwa pengasuhan anak yang dimaksud adalah kepemimpinan, bimbingan , yang dilakukan terhadap anak berkaitan dengan kepentingan hidupnya. Pola asuh orang tua terhadap anak merupakan bentuk interaksi antar anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga, mengajar, mendidik, serta memberi contoh bimbingan kepada anak-anak untuk mengetahui, mengenal, mengerti, dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pola asuh yang ditanamkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Hal ini tergantung dari pandangan pada diri tiap orang tua (Gunarsa, 2002, hlm. 86). Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian adalah praktik pengasuhan anak. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Brown (1961: 76) yang mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak. Jadi, pola asuh orang tua secara mendetail adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap Paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.

B.     Macam-macam Pola Asuh Orang tua
Pendidikan dalam keluarga perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya dengan mengetahui dan mencari pola asuh yang tepat bagi anak-anaknya, antara lain :
a.    Pola Asuh Otoritative (Otoriter)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, otoriter berarti berkuasa sendiri dab sewenang-wenang”. Menurut singgih D. Gunarsa dan Ny.Y. Singgih D. Gunarsa, pola asuh otoriter adalah suatu bentk pola yang menuntut anak agar patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orangtua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya sendiri. Menurut Baumrind (1991) (dalam Parke & Locke, 1999) pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan oarngang tua atau control yang ditujukan kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, dictator, dan memaksa anak untuk patuh terhadap aturan-aturan yang diberikan oleh orangtua tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan alasan dibalik aturan tersebut, serta cenderung mengekang keinginan anaknya.
Adapun cirri-ciri dari pola asuh otoriter adalah :
1)      Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh membantah.
2)      Orang tua cenderung mencari keslahan-kesalahan anak dan kemudian menghukumnya.
3)      Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan kepada anak.
4)      Jika terdapat perbedaan pendapat antara orang tua dan anak, maka anak dianggap pembangkang.
5)      Orang tua cenderung memaksakan disiplin.
6)      Orang tua cenderung memaksakan segala sesuatu untuk anak dan anak hanya sebagai pelaksa.
7)      Tidak ada komunikasi antara orang tua dan anak.

Efek pola asuh otoriter terhadap perilaku belajar anak :
1)      Anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan, ragu-ragu dan pasif, serta memiliki masalah konsentrasi dalam belajar.
2)      Anak menjalankan tugas-tugasnya hanya karena takut hukuman
3)      Disekolah, memiliki kecenderunagn berperilaku anti social, agresif , impulsive dan perilaku mal adatif lainnya.
4)      Anak perempuan cenderung menjadi dependen.
5)      Anak merasa tidak bahagia, tidak terlatih untuk beriinisiatif, selalu tegang, cenderung ragu.
6)      Anak tidak mampu menyelesaikan permasalahan atau problem solving-nya kurang.

b.    Pola Asuh Autoritatif (Demokratis)
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang bercirikan adanya hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam artian saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab dan menentukan perialakunya sendiri agar dapat berdisiplin. Menurut shochib (dalam yuniati,2003) orangtua yang menerapkan pola suh demokratis banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk membuat keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk memiliki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan tersendiri dalam hokum untuk menegembangkan kedisiplinan. Pola asuh demokratis dihubungkan dengan tingkah laku anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, social, dan pengembangan kognitif. Orangtua juga memprioritaskan kepentingan anak dan membimbing anak kearah kemandirian. Hal ini dilakukan orang tua dengan lemah lembut dan penuh kasih saying. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yang berbunyi : “Sesungguhnya Allah mencintai kelemah-lembutan dalam segala urusan” (H.R Bukhari).
Adapun ciri-ciri pola asuh demokratis adalah :
1)   Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan mempertimbangkan alas an-alasan yang diterima.
2)   Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik agar ditinggalkan.
3)   Memberikan bimbingan dengan penuh perhatian
4)   Dapat menciptakan keharmonisan keluarga
5)   Dapat menciptakan suasana komunikatif antar orangtua dan ank serta sesame keluarga.






Efek Pola asuh autoritatif terhadap perilaku belajar anak :
1)     Anak lebih mandiri,tegas terhadap diri sendri dan memiliki kemampuan introspeksi serta pengendalian diri.
2)     Mudah bekerjasama dengan oranglain dan kooperatif terhadap aturan.
3)     Lebih percaya diri akan kemampuannya menyelesaikan tuga-tugas.
4)     Merasa aman dan menyukai serta semangat dalam tugas-tigas belajar.
5)     Memiliki keterampilan social yang baik dan terampil menyelesaikan permasalahan.
6)     Tampak lebih kreatif dan memiliki motivasi berprestasi. Menyepakati pola asuh yang paling efektif dalam keluarga adalah penting, karena pola asuh pada tahun-tahun awal kehidupan seseorang akan melandasi kepribadiannya dimasa yang akan datang.

c.     Pola Asuh permissive (Pemanjaan)
Segala sesuatu terpusat pada kepentingan anak, dan orangtua/prngasuh tidak berani menegur, takut anak menangis dan khawatir anak kecewa. Terkadang orang tua melakukan segala hal yang diinginkan oleh anaknya tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi terhadap anak tersebut.
Ciri-ciri pola asuh permissive (pemanjaan)
1)   Adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya.
2)   Anak terkadang egois.

Efek Pola Asuh Permisive terhadap perilaku belajar anak :
1)   Anak menjadi tanpak responsive dalalm belajar, namun kurang matang (manja), impulsive dan mementingkan diri sendri, kurang percaya diri (cengeng) dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan atau kesuliatan dalam tugas-tugasnya.
2)   Tidak jarang perilakunya disekolah menjadi agresif.



d.    Pola Asuh Indulgent (penelantaran).
Pola asuh seperti ini sendiri menelantarkan anak secara psikis, kurang memperhatikan perkembangan si anak, anak dibiarkan berkembang sendiri tanpa megawasi perkembangan anak, orangtua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri karena kesibukan. Efek Pola Asuh Indulgent / Laissez Faire (penelantaran) Kata laissez faire berasal dari Bahasa Perancis yang berarti membiarkan (leave alone). Dalam istilah pendidikan, laissez faire adalah suatu system dimana si pendidik menganut kebijaksanaan non interference (tidak ikut campur). Pada pola asuh ini anak dipandang sebagai mahluk hidup berpribadi bebas, anak adalah subjek yang dapat bertindak dan berbuat sesuai dari hati nuraninya. Orang tua membiarkan anaknya mencari dan menemukan sendiri apa yang diinginkannya . kebebasan sepenuhnya diberikan kepada anak. Orang tua seperti ini cenderung kurang perhatian dan acuh-tak acuh terhadap anaknya.
Ciri-ciri pola asuh Indulgent/Laissez faire (penelantaran)
1)     Anak bersifat nakal, lemah, tergantung dan bersifat kekanak-kanakan
2)     Acuh tak acuh atau cuek terhadap segala hal yang menyankut tentang dirinya.

Efek dari pola asuh Indulgent/ Laissez faire (penelantaran)
1)     Anak dengan pola asuh ini paling potensial terlibat dalam kenakalan remaja seperti penggunaan narkoba, merokok disusia dini dan tindak criminal lainnya.
2)     Impulsive dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suiatu aktivitas atau kegiatan
3)     Anak memiliki daya tahan terhadap frustrasi rendah.




Terdapat pula tipe pola asuh menurut Haersey dan Blanchard (1978) (dalam Garliah &Sary,2005),terdiri dari empat tipe yaitu :
1)   Telling Perilaku orangtua yang directive-nya tinggi dan supportive rendah disebut dengan telling. Karena dikarakteristikkan dengan komunikasi satu arah antara orangtua dengan anak. Dimana orangtua menentukan peran anak dan mengatakan apa, bagaiman, kapan dan dimana anak harus melakukan berbagai tugas.
2)   Selling Perilaku orangtua yang directive dan supportive tinggi disebut dengan selling. Karena sebahagian besar arahan yang ada diberikan oleh orangtua. Orangtua juga berusaha melalui komunikasi dua arah yang membolehkan anak untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan dukungan serta dorongan.
3)   Participating Perilaku orangtua yang directive-nya rendah dan supportive tinggi disebut participating, karena orangtua dan anak saling membagi dalam membuat keputusan melalui komunikasi dua arah. Anak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk berbagi ide tentang bagaimana suatu masalah itu dipecahkan dan membuat kesepakatan dengan orangtua pap yang harus dilakukan.
4)   Delegating Perilaku orangtua yang directive dan supportive rendah disebut dengan delegating, karena meskipun orangtua tetap menetapkan apa yang harus dilakukan dalam menghadapi suatu masalah, namun anak diperbolehkan untuk menjalankan apa yang diinginkannya dan memutuskan kapan, dimana, dan bagaimana mereka melakukan suatu hal.

C.    Peran Guru dan Orang Tua Dalam Perkembangan Emosi Anak
Pendidik dan Orang tua dapat mengembangkan keterampilan kecerdasan emosional seorang anak dengan memberikan beberapa cara yaitu:
1.      Mengenali emosi diri anak, mengenali perasaan anak sewaktu perasaan yang dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdassan emosional. kemampuan untuk memantau peraaan dari waktu kewaktu merupakan hal penting bagi pemahahaman anak.
2.      Mengelola emosi, menangani perasan anak agar dapat terungkap dengan tepat kemampuan untuk menghibur anak , melepasakan kecemasan kemurungan atau ketersinggungan, atau akibat – akibat yang muncul karena kegagalan.
3.      Memotivasi anak, penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian dan kasih sayang untuk memotivasi anak dalam melakukan kreasi secara bebas.
4.       Memahami emosi anak, mengetahui alasan mengapa anak emosi.
5.       Membina hubungan dengan anak, Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita mampu mengenali, hal lain yang perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional yaitu dengan memelihara hubungan.
6.       Berkomunikasi “dengan jiwa “, Tidak hanya menjadi pembicara terkadang kita harus memberikan waktu lawan bicara untuk berbicara juga dengan demikian posisikan diri kita menjadi pendengar dan penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan anak dengan reaksi atau penilaian
a.    Peran Orangtua dan pendidikan dalam mengembangkan Emosi Anak (usia 0-5 tahun)
Anak-anak usia 3,4,dan 5 tahun mengungkapkan sederetan emosi dan mampu menggunakan secara serasi ungkapan seperti, Gila,sedih ,bahagia, dan sudah bisa membedakan perasaan-perasaan ereka. Dalam tahu pra sekolah ini, situasi emosi anak-anak sanat tergantung keadaan dan bisa berubah secepat mereka berlih dari kegiatan satu ke kegiatan yang lain. Karena anak-anak berkembng dari anak usia 3 tahun ke anak usia 5 tahun, ada peningkatan internalisasi dn pengaturan tehadap emosi mereka. Ketika anak-anak usia 3,4 dan 5 tahunmencapai keterampilan-keterampilan kognitif dan bahasa ang baru, mereka belajar untk mengatur emosi-emosi mereka dan menggnakan bahasa untuk mengungkapkan bagaimana perasaan mereka dan perasaan orang lain. Gejolak perasaan ini sebagian besar ada di permukaan artinya mereka mulai mengerti brbagai perasaan berbeda yang mereka alami, namun mereka sulit mengatur perasaan dan meggunakan ungkapan yang sesuia untuk melukiskan perasaan itu. Gejala perasan merea sangat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa perasaan yang terjadi pada saat itu. (Hyson,1994).
b.      Peran Guru di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)dalam Perkembangan Emosi.
Guru mengamati dan mengawasi serta berinteraksi dengan individu-individu dan kelompok-kelmpok kecil anak-anak dengan cara-cara terancang untuk memajukan belajar dan perkembangan anak. Para guru masuk dalam diskusi-diskusi dengan anak-anak mengenai apa yang mereka lakukan menurut (Vygotsky 1986) ini disebut suatu ”dialog Pendidikan”.
1.      Para guru mendorong anak-anak memecahkan masalah-masalah
2.      Para guru mendengarkan dengan aktif gagasan-gagasan anak.
3.      Para guru memberi umpan balik dan juga masuk dalam dialog dengan anak-anak.
4.      Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Keterlibatan orang tua selalu dianggap perlu, misalnya:
a)      mengajarkan mereka kebiasaan bersih, melatih anak,(VandeWalker,1908).
b)      Meneruskan pekerjaan sekolah dirumah mereka (epstein&sanders,2000)
c)      Membaca abuku bersama-sama dan kemudian menulis cerita mereka             sendiri dalam buku catatan (Barbour, 1999).
Dengan demikian merupakan kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, tempat anak tumbuh dengan nyaman, sehingga dapat memancing keluar potensi dirinya, kecerdasan dan percaya diri. Disamping itu orangtua perlu memahami tahap perkembangan anak serta kebutuhan pengembangan potensi kecerdasan dari setiap tahap.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pola asuh orang tua sangat berperan bagi anak usia dini, dimana orang tua mendidik anaknya dengan sangat baik, orang tua mendidik anaknya terutama dari lingkungan keluarga, dalam pola asuh orang tua dalam memberikan pelajaran yang mengenali dirinya dalam keluarga sangat berperan bagi anak tersebut, dalam diri anak untuk mengenal lingkungan keluarga yang membentuk karakter anak pertama kali. Pola asuh orang tua juga membantu anak untuk mengetahui posisi dani peranannya sesuai dengan jenis kelamin dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan bangsa. Pola asuh orang tua membantu anak mengenal nilai-nilai atau aturan yang ada agar anak mematuhi aturan tersebut dan anak bisa diterima oleh lingkungannya. Pola asuh mendorong anak untuk memperoleh ilmu dunia dan ilmu akhirat yang bermanfaat bagi hidupnya. Orang tua juga perlu mengawasi pergaulan anak dengan  teman maupun lingkungannya, Karena dalam lingkungan ada pengaruh yang baik dan yang buruk. Orang tua juga perlu memberikan kasih sayang yang cukup bagi anak agar anak tidak merasa kesepian dan sendirian, serta pola asuh yang diberikan sebaiknya sesuai dengan kemampuan anak agar anak tersebut tidak merasa terpaksa  dengan pola asuh tersebut. Oleh sebab itu pola asuh orang tua memiliki peranan penting dalam mendidik anak usia dini. Dimana pola asuh terbagi menjadi beberapa macam seperti: pola asuh permisif, pola asuh otoriter, dan pola asuh demokratis.










DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono, Dedi. 2009. Peran Keluarga dalam Pendidikan Usia Dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar