Rabu, 25 Mei 2016

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN AUD

BAB I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang
Pendidikan bagi anak usia dini adalah suatu pendidikan yang sengaja dilakukan bagi anak yang berada di usia 0 – 8 tahun. Pendidikan ini dapat dilakukan dalam jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, dan bentuk pendidikan pun dapat dilakukan di Taman Kanak-kanak, Play Group, Tempat Penitipan Anak, atau di TKA/TPA dan RA. Artinya, bentuk pendidikan seperti apapun yang diikuti anak usia dini pada intinya adalah sama, untuk membantu meningkatkan derajat dan kualitas anak didiknya, dan membantu proses perkembangan anak seoptimal mungkin.
Anak usia dini adalah anak yang sedang dalam proses tumbuh kembang. Pada usia ini segala aspek perkembangan anak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Aspek perkembangan yang akan dibahas menegnai sosial emosional pada anak. Dalam makalah ini hanya banyak membahas tentang dasar-dasar perkembangan yang lebih mengacu ke dalam sosial emosional anak usia dini
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari perkembangan?
2.      Sebutkan macam-macam perkembangan!
3.      Apa pentingnya perkembangan sosial emosinal pada anak?
4.      Bagaimana emosi mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak?
5.      Apa pengertian anak usia dini dan berapa rentang usia anak?
C.    Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan membedakan antara petumbuhan dan perkembangan serta dapat mengelompokan macam-macam perkembangan pada anak. Mahasiswa juga dituntut agar dapat melihat pengaruh emosi dalam penyesuaian pribadi dan sosial pada anak.
BAB II
Pembahasan

A.           Pengertian Perkembangan
Obyek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Para ahli psikologi juga tertarik akan masalah seberapa jauhkah perkembangan manusia tadi dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat. Namun perhatian psikologi perkembangan yang utama tertuju pada perkembangan manusianya sebagai person, dan masyarakat merupakan tempat berkembangnya person tadi.
Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih baik atau sempurna dan tidak begitu saja dapat di ulang lagi. Perkembangan menunjuk ada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat di putar kembali.
Perkembangan juga berkaitan daengan belajar khususnya mengenai isi proses perkembangan, apa yang berkembang berkaitan dengan perilaku belajar. Dengan demikian perkembangan dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kea rah suatu organisasi pada tingkat intergrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pemasakan dan belajar. Suatu devinisi yang relevan yang dikemukakan oleh Monks sebagai berikut : Perkembangan psikologis merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah laku apa yang akan menjadi actual dan terwujud.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) sebagai berikut : Perkembangan sejalan dengan prinsip ortho genetic, bahwa perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan dimanadiferensiasi, artikulasi, dan integrasi, meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi itu diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak, bahawa dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Pada anak prasekolah dan taman kanak-kanak tampak adanya diskontinuitas, sedang pada kelompok umur yang lebih tinggi sampai dengan mahasiswa menunjukkan kontinuitas.
Menurut Nagel, perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungs-fungsi tertentu, o;eh karena itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun da;am bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
Menurut Schneirla, perkembangan adalah perubahan-perubahan progesif dalam organisasi organisme, dan organisme inidilihat sebagai system fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan-perubahan progresif ini meliputi dua faktor yakni kematangan dan pengalaman.
Spiker, mengemukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkan dengan perkembangan yaitu :
1.   Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
2.   Filogenetik, yakni perkembangan dari asal usul manusia sampai sekarang ini.
Rumusan ini lain tentang arti perkembangan yang dikemukakan oleh Libert, Paulus, dan Strauss, yaitu bahwa Perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu ssebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak. Perkembangan dapat juga dilikiskan debagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan belajar.
B.            Macam-macam Perkembangan
Terbagi menjadi beberapa tahapan perkembangan yaitu :
1.      Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.
2.      Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
Beberapa perkembangan motorik (kasar  maupun halus) selama periode ini, antara lain :
a)      Anak Usia 5 Tahun
·         Mampu melompat dan menari
·         Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
·         Dapat menghitung jari – jarinya
·         Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
·         Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
·         Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
·         Mampu membedakan besar dan kecil
b)      Anak Usia 6 Tahun
·         Ketangkasan meningkat
·         Melompat tali
·         Bermain sepeda
·         Mengetahui kanan dan kiri
·         Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
·         Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c)      Anak Usia 7 Tahun
·         Mulai membaca dengan lancar
·         Cemas terhadap kegagalan
·         Peningkatan minat pada bidang spiritual
·         Kadang Malu atau sedih
d)     Anak Usia 8 – 9 Tahun
·         Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
·         Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
·         Ketrampilan lebih individual
·         Ingin terlibat dalam sesuatu
·         Menyukai kelompok dan mode
·         Mencari teman secara aktif.
e)      Anak Usia 10 – 12 Tahun
·         Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh  yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak
·         Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri , dll.
·         Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
·         Mulai tertarik dengan lawan jenis.
3.      Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak  usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek  peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya.
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
1.      Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan–hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
2.      Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
3.      Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
a)      Perkembangan Memori Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan – keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori (memory strategy), yaitu merupakan perilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori yang penting, yaitu :
·         Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
·         Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.
·         Imagery (Perbandingan) : Membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang.
·         Retrieval (Pemunculan Kembali) : Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah meori, mereka akan menggunakannya secara spontan.
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak sebelumnya.
b)     Perkembangan Pemikiran Kritis Perkembangan Pemikiran Kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.
c)      Perkembangan Kreativitas Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
d)     Perkembangan Bahasa Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.
4.        Perkembangan Psikosial
Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan  yang dapat membuahkan hasil, sehingga dunia psikosial anak menjadi semakin kompleks. Anak sudah siap untuk meninggalkan rumah dan orang tuanya dalam waktu terbatas, yaitu pada saat anak berada di sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak belajar untuk bersaing (kompetitif), kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan – peraturan yang berlaku.
Dalam hal ini proses sosialisasi banyak terpengaruh oleh guru dan teman sebaya. Identifikasi bukan lagi terhadap orang tua, melainkan terhadap guru. Selain itu, anak tidak lagi bersifat egosentris, ia telah mempunyai jiwa kompetitif sehingga dapat memilah apa yang baik bagi dirinya, mampu memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya.
a)      Perkembangan Pemahaman Diri Pada tahap ini, pemahaman diri atau konsep diri anak mengalami perubahan yang sangat pesat. Ia lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal.
b)      Perkembangan Hubungan dengan Keluarga Dalam hal ini, orang tua merasakan pengontrolan dirinya terhadap tingkah laku anak mereka berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan dengan periode sebelumnya, karena rata-rata anak menghabiskan waktunya di sekolah. Interaksi guru dan teman sebaya di sekolah memberikan suatu peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan ketrampilan sosial.
c)      Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya Berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu. Umumnya mereka meluangkan waktu lebih dari 40% untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan terkadang terdapat duatu grup/kelompok. Anak idak lagi puas bermain sendirian dirumah. Hal ini karena anak mempunyai kenginan kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok.
C.           Pentingnya Perkembangan Sosial Emosi pada Anak
Mengapa Sosial Emosional Perlu Dikembangkan:
1.      Kompleksitas Kehidupan yang Dihadapi Anak
Perkembangan zaman termasuk perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni tidak seluruhnya membawa kehidupan ini menjadi lebih teratur, tenteram, damai, dan bahagia. Kondisi tersebut justru menjadikan kehidupan ini semakin kompleks, bahkan menyebabkan dunia ini semakin sulit untuk didiami, dikendalikan, dan dinikmati.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terhadap perilaku dan sikap sosial emosional anak, keadaan kehidupan saat ini sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku anak. Keadaan lingkungan kehidupan saat ini banyak berakibat buruk terhadap perkembangan dan kehidupan sosial emosional anak. Ternyata kehidupan yang teramat sibuk, mengakibatkan timbulnya tekanan-tekanan pada sosial emosional anak sehingga berdampak pada anak-anak zaman sekarang, yaitu menjadi lebih mudah kesal dan marah terutama dalam menanggapi segala sesuatu mengenai dirinya.Beberapa contoh perilaku emosi dan sosial yang menyertai generasi sekarang dapat digambarkan sebagai berikut:
·         Perilaku Kesepian dan Pemurung
·         Perilaku Beringas dan Kasar
·         Perilaku Rendahnya Sopan Santun
·         Perilaku Cemas dan Gugup
·         Perilaku Impulsif
2.      Anak adalah Praktisi dan Investasi Masa Depan
Alasan dan faktor lain yang perlu disadari tentang pentingnya pengembangan sosial emosional anak sejak dini atau sejak mereka berada pada level prasekolah adalah anak merupakan praktisi masa depan. Keberhasilan membina anak sejak dini, merupakan kesuksesan bagi masa depan anak. Sebaliknya, kegagalan dalam memberikan pembinaan, pendidikan, pengasuhan, dan perlakuan merupakan bencana bagi kehidupan anak di kemudian hari.
Makna lain dari anak sebagai praktisi masa depan bahwa dalam diri anak perlu diberikan dan dikembangkan nilai-nilai mendasar yang dapat digunakan secara fungsional dalam kehidupannya kelak.
Diantara aspek mendasar adalah pengembangan aspek sosial emosional yang memadai. Sejak dini anak harus sudah dikenalkan pada kemampuan mengenali, mengolah dan mengontrol emosi serta perilaku sosialnya agar dapat merespons dengan baik setiap kondisi emosi dan sosial yang merangsang di hadapannya. Dengan demikian, anak mempunyai kesiapan dan kemampuan untuk beradaptasi serta mengatasi masalah dan tantangan yang timbul selama proses perkembangannya. Artinya, keterampilan-keterampilan sosial emosional yang telah mereka peroleh ketika masih kanak-kanak akan dapat mengantarkannya menjadi praktisi sejati di masa yang akan datang, yaitu menjadi sosok yang siap menghadapi dunia modern dan kompleks secara optimis dan lebih meyakinkan.
3.      Fase Strategis Pendidikan dan Pengembangan Anak
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% perkembangan individu terjadi pada masa usia dini. Di usia ini kecerdasan individu mengalami rangkaian perubahan yang luar biasa, dan sisanya hanya modifikasi dan pengayaan saja. Segala stimulasi dapat merangsang dimensi perkembangannya, bahkan hasil penelitian menunjukkan dapat meningkatkan semua aspek kecerdasan termasuk kecerdasan sosial emosional.
Penelitian lainnya, terutama yang terkait dengan perkembangan kepribadian anak dilakukan oleh Dr. Maria Montessori yang menyimpulkan bahwa usia sejak lahir hingga 6 tahun adalah tahun formatif, yaitu usia terpenting dalam pembentukan kepribadian individu. Kepribadian tersebut melembaga ditentukan oleh cara-cara pemecahan konflik antara sumber-sumber kesenangan awal dengan tuntutan realitas pada usia kanak-kanak.
Oleh karena itu, jangan menelantarkan anak pada masa peka tersebut. Bila kita menyia-nyiakan dan menelantarkan anak balita, mungkin anak tersebut akan membawa cap atau bekas yang sulit bahkan tidak bisa dihapus. Untuk itu fasilitasilah pertumbuhan dan belajarnya secara optimal.
4.      Upaya Mengimbangi Pandangan Tentang Keunggulan IQ Dibandingkan EI
Kecerdasan akademis sedikit kaitannya dengan kehidupan emosi karena secara umum kecerdasan akademis atau IQ (Intelligence Quotient) relatif dipengaruhi oleh factor bawaan, sedangkan kecerdasan emosi atau EI (Emotional Intelligence) dapat tumbuh dan berkembang seumur hidup dengan proses belajar. Terdapat pemikiran bahwa IQ menyumbang dalam kehidupan pribadi mereka paling banyak 20% bagi sukses dalam hidup, sedangkan 80% ditentukan factor lain, yaitu kecerdasan emosi.
Akan tetapi, bila kedua keterampilan tersebut diatas, yakni IQ dan EI tercapai secara efektif, berarti kita sebagai orang tua dan para guru telah melahirkan generasi-generasi yang hebat.
5.      Tuntutan Agar Anak Segera Memiliki Keterampilan Mengelola Emosi Sosialnya
Pada awal masa kanak-kanak emosi anak sangat kuat. Masa tersebut merupakan saat ketidakseimbangan ledakan-ledakan emosi. Hal itu biasanya tampak mencolok pada anak usia 2,5 sampai 3,5 tahun yang dikenal dengan usia degil (dimana emosi terpusat pada kiri) dan usia 5,5 sampai 6,5 tahun.
Pada usia tersebut, anak cenderung mengekspresikan emosi sebagai upaya mencari rasa aman, baik ditampilkan melalui tangisan, atau melalui amarah. Keduanya merupakan cara anak utuk mencari perhatian orang lain di sekitarnya. Hal tersebut sebetulnya wajar, tetapi jika tidak segera diantisipasi sejak dini maka dikhawatirkan akan terbawa oleh anak hingga dewasadan mengganggu kepribadiannya.
Melihat gejala-gejala tersebut, para orang tua atau guru prasekolah sudah seharusnya dapat memberikan pembekalan yang memadai tentang pengelolaan emosi pada setiap anak agar dapat memenuhi tuntutan penyesuaian diri dari lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga, sekolah maupun teman bermain. Jika kebutuhan untuk memenuhi tuntutan tersebut tidak segera diupayakan maka dampak negatif tersebut di atas akan mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak lebih serius, yang dapat dilihat dari ekspresi kesehariannya, misalnya:
·         Mengidap rasa cemas yang berkepanjangan
·         Memiliki kecenderungan depresi
·         Bersikap bermusuhan terhadap anak atau orang lain
·         Terkena gangguan tidur, gelisah, mengigau, mimpi buruk, dan sebagainya
·         Mengalami gangguan makan
·         Bersikap agresif terhadap teman atau anak lain
Tentu semua pihak tidak berharap dampak negative tersebut menimpa anak-anak usia dini. Dengan pengembangan sosial emosional yang memadai diharapkan kesenjangan itu dapat diantisipasi secara efektif.
D.           Pengaruh Emosi pada Penyesuaian Pribadi dan Sosial Anak
Hurlock, 1978:211 menyebutkan bahwa emosi mempengaruhi penyesuaian pribadi sosial dan anak. Pengaruh tersebut antara lain tampak dari peranan emosi sebagai berikut:
·         Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari. Salah satu bentuk emosi adalah luapan perasaan, misalnya kegembiraan, ketakutan ataupun kecemasan. Luapan ini menimbulkan kenikmatan tersendiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan memberikan pengalaman tersendiri bagi anak yang cukup bervariasi untuk memperluas wawasannya.
·         Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan. Emosi dapat mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh, terutama emosi yang muncul sangat kuat,sebagai contoh kemarahan yang cukup besar. Hal ini memunculkan aktivitas persiapan bagi tubuh untuk bertindak, yaitu hal-hal yang akan dilakukan ketika tibul amarah. Apabila persiapan ini ternyata tidak berguna, akan dapat menyebabkan timbulnya rasa gelisah, tidak nyaman, atau amarah yang justru terpendam dalam diri anak.
·         Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik. Emosi yang memuncak mengganggu kemampuan motorik anak. Anak yang terlalu tegang akan memiliki gerakan yang kurang terarah, dan apabila ini berlangsung lama dapat mengganggu keterampilan motorik anak.
·         Emosi merupakan bentuk komunikasi. Perubahan mimik wajah, bahasa tubuh, suara, dan sebagainya merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyatakan perasaan dan pikiran (komunikasi non verbal).
·         Emosi mengganggu aktivitas mental. Kegiatan mental, seperti berpikir, berkonsentrasi, belajar, sangat dipengaruhi oleh kestabilan emosi. Oleh karena itu, pada anak-anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan emosi dapat mengganggu aktivitas mentalnya.
·         Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial. Pengelolaan emosi oleh anak sangat mempengaruhi perlakuan orang dewasa terhadap anak, dan ini menjadi dasar bagi anak dalam menilai dirinya sendiri.
·         Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan. Peran-peran anak dalam aktivitas sosial, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka, seperti rasa percaya diri, rasa aman, atau rasa takut.
·         Emosi mempengaruhi interaksi sosial. Kematangan emosi anak mempengaruhi cara anak berinteraksi dengan lingkungannya. Di lain pihak, emosi juga mengajarkan kepada anak cara berperilaku sehingga sesuai dengan ukuran dan tuntutan lingkungan sosial.
·         Emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah. Perubahan emosi anak biasanya ditampilkan pada ekspresi wajahnya, misalnya tersenyum, murung atau cemberut. Ekspresi wajah ini akan mempengaruhi penerimaan sosial terhadap anak.
·         Emosi mempengaruhi suasana psikologis. Emosi mempengaruhi perilaku anak yang ditunjukkan kepada lingkungan (covert behavior). Perilaku ini mendorong lingkungan untuk memberikan umpan balik. Apabila anak menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, dia akan menerima respon yang kurang menyenangkan pula, sehingga anak akan merasa tidak dicintai atau diabaikan.
·         Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan. Setiap ekspresi emosi yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan, dan pada suatu titik tertentu akan sangat sulit diubah. Dengan demikian, anak perlu dibiasakan dengan mengulang-ulang perilaku yang bersifat positif, sehingga akan menjadi kebiasaan yang positif pula.
Hurlock (1993), dalam mengungkapkan begbagai kondisi yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak menyebutkan 3 kondisi utama yaitu:
a.      Kondisi Fisik
Apabila kondisi keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang buruk atau perubahan yang berasal dari perkembangan maka merreka akan mengalami emosi yang meninggi. Kondisi-kondisi fisik yang mengganggu adalah sebagai berikut:
·         Kesehatan yang buruk. Disebabkan oleh gizi yang buruk, gangguan pencernaan atau penyakit. Kondisi kesehatan yang buruk pada seseorang akan membuat dirinya menjadi terbatas disbanding dengan orang yang sehat, apalagi jika kondisi tersebut berlangsung lama. Dengan kondisi seperti orang tersebut, maka ia tidak bisa melakukan aktivitas secara penuh maka ia menjadi tertekan dan akibatnya mudah marah terhadap orang lain.
·         Kondisi yang merangsang. Seperti kaligata atau eksim. Penyakit kulit, termasuk rasa gatal, apalagi joika terdapat pada bagian-bagian yang terbuka akan menyebabkan sipenderita menutup diri dan mungkin menjadi minder. Contohnya saja anak yang terkena penyakit gatal-gatal pada bagian tangan atau muka, ia akan merasa malu atau marah jika ditertawakan temannya.
·         Setiap gangguan kronis. Seperti asma atau penyakit kencing manis. Disini anak merasa tertekan jika penyakit nya kambuh secara tiba-tiba yang membuat ia menangis sebagai luapan emosinya.
·         Perubahan kelenjar. Terutama pada masa puber, gangguan kelenjer juga disebabkan oleh stress emosi yang kronis, misalnya pada kecemasan yang berlebihan.
b.      Kondisi Psikologi
Kondisi psikologi dapat mempengaruhi emosi, antara lain tingkat intelegensi, tingkat aspirasi dan kecemasan.
·         Perlengkapan intelektual yang buruk.
·         Kegagalan mencapai tingkat aspirasi.
·         Kecemasan setelah pengalaman emosi tertentu yang sangat luas.
c.       Kondisi Lingkungan
Ketegangan yang terus-menerus atau terlalu banyak pengalaman yang menggelisahkan yang merangsang anak secara berlebihan akan berpengaruh pada emosi anak.
·         Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan perselisihan yang terus-menerus. Pertengkaran atau perselisihan  dalam konteks interaksi sosial secara terus-menerus akan mengakibatkan timbulnya emosi dan akibatnya merusak hubunga sosial sehingga anak bias melukai jika kekesalannya sudah amat kuat.
·         Ketegangan yang berlebihan serta disiplin yang otoriter. Disiplin yang dipaksakan akan berdampak buruk bagi anak dan bisa anak memberontak jika kita tidak memberikan penjelasan pada anak.
·         Sikap orang tua yang selalu mencemaskan atau terlalu melindungi. Melindungi yang terlampau (over protective) akan mengkibatkan penolakan dari orang yang disayanginya, seolah-olah rasa saying dibalas dengan benci.
·         Susana otoriter di sekolah. Guru yang terlalu menuntut atau perkejaan sekolah yang tidak sesuai dengan kemampuan anak akan menimbulkan kemarahan sehingga anak pulang kerumah dalam keadaan kesal.

E.            Pengertian Anak Usia Dini dan Rentang Usia Anak
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak. Menurut Mansur (2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Slamet Suyanto, 2005: 6).
Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan anak usia dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan satuan PAUD sejenis (SPS).
Maleong menyebutkan bahwa ragam pendidikan untuk anak usia dini jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok taman penitipan anak (TPA) usia 0-6 tahun); kelompok bermain (KB) usia 2-6 tahun; kelompok satuan PADU sejenis (SPS) usia 0-6 tahun (Harun, 2009: 43).
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Pemberian stimulasi tersebut harus diberikan melalui lingungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti tempat penitipan anak (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA.



















BAB III
Penutup

A.    Kesimpulan
Dalam upaya mendidik dan mengembangkan anak untuk mencapai perkembangannya seoptimal mungkin, maka para pendidik anak usia dini perlu memahami siapa anak didiknya dan bagaimana perkembangan anak itu sendiri. Anak berbeda dengan orang dewasa atau orang tua, anak memiliki karakteristik dan dunianya sendiri, dan anak memiliki potensi untuk dapat berkembang selama lingkungannya memberikan pengaruh-pengaruh yang positif bagi upaya pengembangannya.












DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar