Rabu, 01 Juni 2016

STRATEGI PENGEMBANGAN EMOSI AUD

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memerhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Usia dini lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi perkembangan intelegensi permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi. Informasi tentang potensi yang dimiliki anak usia dini itu, sudah banyak terdapat pada media massa dan media elektronik lainnya.
Tumbuh berarti bertambah dalam ukuran. Tumbuh dapat berarti bahwa sel tubuh bertambah banyak atau sel tumbuh dalam ukuran. Mengukur pertumbuhan biasanya dilakukan dengan menimbang dan mengukur tubuh anak. Relatif, melaksanakan pengukuran ini relatif lebih mudah dibandingkan mengukur perkembangan sosial atau perkembangan kepribadian sosial. Pertumbuhan dipengaruhi oleh jumlah dan macam makanan yang dikonsumsi tubuh. Hubungan antara makanan yang dikonsumsi tubuh dan pertumbuhan badan menjadi perhatian para ahli gizi. Namun kenyataannya pertumbuhan tubuh tidak hanya dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi tetapi juga proses sosial. Dengan kata lain, pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanan saja tetapi juga sejauh mana makanan tersebut dapat diasimilasi dan dipergunakan tubuh. Baik tidaknya makanan tersebut dapat diserap tubuh tergantung pula oleh taraf kesehatan anak. Anak yang sedang diare, tentu badan tidak akan tumbuh menyerap makanan dengan baik. Pertumbuhan anak juga dipengaruhi oleh perkembangan sosial, psikologis, dan oleh kualitas hubungan anak dengan pengasuh yang bebas dari stress.
Perkembangan anak tidak sama dengan pertumbuhannya. Keduanya memang benar saling berkaitan dan dalam penggunaan kedua pengertian tersebut seringkali dikacaukan satu sama lain. Bila pertumbuhan menjelaskan perubahan dalam ukuran sedangkan perkembangan adalah perubahan kompleksitas dan fungsinya.Seorang anak sudah dapat melihat sejak lahir. Seorang anak sudah dapat berkomunikasi sejak lahir dengan menangis, ekspresi muka dan gerak-gerakan. Oleh karena itu, sejak lahir sebaiknya para kita para guru PAUD memberi keterampilan pada orangtua untuk mengembangkan perkembangan anak agar lebih tanggap dan melakukan komunikasi dengan anak.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan perkembangan emosi ?
2.      Bagaimana memahami proses perkembangan emosi ?
3.      Apasajakah strategi pengembangan emosi AUD ?
4.      Bagaimana pemantapan perkembangan emosi mental anak ?


















BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan anak. Setiap orang akan mempunyai emosi rasa senang, marah, jengkel dalam menghadapi lingkungannya sehari-hari. Pada tahapan ini emosi anak prasekolah lebih rinci, bernuansa atau disebut terdiferensiasi. Berbagai faktor yang telah menyebabkan perubahan tersebut. Pertama, kesadaran kognitifnya yang telah meningkat memungkinkan pemahaman terhadap lingkungan berbeda dari tahapan semula. Imaginasi atau daya khayalnya lebih berkembang. Hal ini yang memengaruhi perkembangan ini adalah berkembangnya wawasan sosial anak. Umumnya mereka telah memasuki lingkungan dimana teman sebayanya mulai berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari.
Tidak mengherankan bahwa orang berpendapat bahwa perkembangan umumnya hidup dalam latar belakang kehidupan keluarga, sekolah dan teman sebaya. Sementara itu perlu diketahui bahwa setiap anak sejak usia dini menjalin kelekatan dengan pengasuh pertamanya yang kemudian perlu diperluas hubungan tersebut apabila dunia lingkungannya berkembang. Anak-anak perlu dibantu dalam menjamin hubungan dengan lingkungannya agar mereka secara emosional dapat menyesuaikan diri, menemukan kepuasan dalam hidupnya, dan sehat secara fisik dan mental.
Masing-masing anak menunjukan ekspresi yang berbeda sesuai dengan nuansa hati dan dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh sepanjang perkembangannya. Pada awal perkembangan anak, mereka telah menjalin hubungan timbal balik dengan orang-orang yang mengasuhnya, Kepribadian orang yang terdekat akan memengaruhi perkembangan, baik sosial maupun emosional.
Kerjasama dan hubungan dengan teman berkembang sesuai dengan bagaimana pandangan anak terhadap persahabatan.Dalam periode prasekolah anak dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan orang dari berbagai tatanan, yaitu keluarga, sekolah dan teman sebaya. Perkembangan kelekatan anak dengan pengasuh pertama ketika masih bayi adalah sangat penting dalam mengembangkan emosinya dalam tatanan lingkungan baik di dalam  maupun luar keluarga.
Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat di mana anak berada. Reaksi mereka terhadap rasa dingin, sakit, bosan atau lapar berupa tangisan, yang sulit dibedakan. Tetapi dengan berjalannya waktu para pengasuh dapat membedakan reaksi anak terhadap stimulinya. Pada usia sekitar 2 bulan anak mulai mampu merespons perlakuan orang lain dengan senyuman dan mampu meniru tingkah laku menjulurkan lidah atau menutup mata. Sekitar 6-8 bulan anak-anak mengembangkan kelekatan yang kuat dengan pengasuhnya memenuhi kebutuhan sehari-hari, biasanya orangtua mereka.
Pada usia 2 tahun anak-anak mencoba memantapkan identitas mereka dan selalu ingin menunjukan kemauan dan kemampuannya dengan pernyataan “inilah saya, saya bisa”. Tidak jarang pada saat tersebut anak dinilai sebagai anak yang keras kepala. Pada usia 3 tahun mereka mulai memantapkan hubungannya dengan anggota keluarga dan orang di luar keluarga.  Mereka mulai mengembangkan siasat/strategi apa yang diinginkan dan melakukan identifikasi mengenai peran jenis kelamin.
Tingkah laku sosialisasi adalah suatu yang dipelajari, bukan sekadar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial seorang anak diperoleh selain dari proses kematangan juga melalui kesempatan belajar dari respons terhadap tingkah laku anak. Diharapkan melalui kegiatan di kelas, anak prasekolah dapat dikembangkan melalui minat dan sikap terhadap orang lain. Tatanan sosial yang sehat akan mampu mengembangkan perkembangan konsep dan positif, keterampilan sosial dan kesiapan untuk belajar secara formal. Di antara berbagai ragam kegiatan kelas ini, bermain merupakan kegiatan yang sangat mendukung perkembangan anak.
Kemampuan sosialisasi anak adalah hasil belajar, bukan sekadar hasil dari kematangan saja. Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajarndari berbagai respons lingkungan terhadap anak. Perkembangan sosialisasi yang optimal diperoleh dari respons yang diberikan oleh tatanan kelas pada awal anak masuk sekolah yang berupa tatanan sosial yang sehat dan sasaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan konsep diri yang positif, keterampilan sosial dan kesiapan untuk belajar secara formal. Sementara itu kegiatan bermain juga mempunyai fungsi dalam mengembangkan aspek sosial anak.

2.2 Memahami Proses Pengembangan Emosi Anak Usia Dini

Emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan prilaku yang mengarah atau menyingkiri terhadap sesuatu dan prilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi. Namun demikian kadang-kadang orang masih dapat mengontrol keadaan dirinya. Setiap orang adalah pribadi yang unik. Masing-masing memiliki potensi dan bakat cerdas dibidangnya sendiri yang akan teraktualisasi optimal jika distimulasi dengan baik secara terus-menerus. Institusi, sekolah, Universitas juga harus mendukung hal ini.
Pendidik harus bisa mendidik dengan hati yang berempati dan peka sehingga potensi anak didik dapat berkembang secara maksimal. Orang tua dan pendidik jangan hanya mendidik anak pada ilmu pengetahuan, tetapi harus memiliki hati untuk meningkatkan kemampuan sosial, emosional, spiritual, fisik dan kemandirian seorang anak dalam menjalani hidupnya dan ketika menyelesaikan masalah yang dihadapi anak. Jika hanya IQ yang tinggi tetapi emosi dan spiritualnya lemah, seseorang akan sulit untuk maju mencapai yang tertinggi dibidangnya. Anak yang unngul selain tumbuh berkembang seperti diatas juga harus didorong untuk berotak dan berwatak baik.
Pengetahuan profesional memang diperlukan untuk suatu pencapaian sesuai keahlian dalam bidangnya, tetapi juga seberapa cerdas ia mengelola manusia dalam berhubungan dengan orang lain, baik dengan atasan kolega maupun terhadap bawahannya juga penting. Dalam berhubungan, berkomunikasi atau bekerja didalam tim, seberapa baik etos kerjanya, empatinya, ketulusannya, dan rasa percayanya akan berdampak pada keberhasilannya.Perkembangan emosi dan logika berasal dari sumber yang sama. Itu sebabnya emosi dan logika selalu berkompetisi untuk meraih pengaruh dan mengambil peranan. Tetapi sayang, otak logika sering kali kalah oleh otak emosi.
Proses perkembangan otak diawali dengan perkembangan otak yang bekerja untuk emosi dan perasaan lalu dari sini dilanjutkan dengan pembentukan otak yang bekerja untuk berpikir atau logika. Proses perkembangan otak dimulai dari bawah dan terus berkembang kearah atas dimana pusat-pusat yang lebih tinggi berkembang sebagai penghubung dengan bagian-bagian yang lebih rendah. Bagian otak yang pertama kali tumbuh adalah batang otak yang tumbuh yang mengelilingi ujung atas tulang belakang. Batang otak yang merupakan akar otak ini mengatur fungsi-fungsi kehidupan sperti bernafas, kontraksi jantung, fungsi metabolisme organ tubuh, serta mengendalikan reaksi dan gerakan dengan pola teratur dan otomatis diluar kehendak manusia. Perkembangan penambahan struktur terbaru diotak ini memungkinkan kehidupan emosional seseorang, misalnya jatuh cinta. Perasaan jatuh cinta tumbuh dimulai dari sistem limbik yang menghasilkan perasaan senang.


2.3 Strategi Pengembangan Emosi

Dalam hidup ini bukan otak yang menggerakan kita, melainkan hati, atau emosi. Emosi menunggah dan memotivasi kita untuk bertindak dan menuntut kita untuk membuat komitmen atas apa yang telah kita lakukan. Dorongan dari dalam diri ini penting. Perkembangan emosi yang optimal akan berdampak baik bagi anak, karena anak akan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengenali, mengolah, dan mengontrol emosi agar mampu merespon secara positif setiap kondisi yang menimbulkan emosi. Dengan mengajari anak terampil dalam mengelola emosinya, mereka akan mampu mengatasi rintangan-rintangan emosi dalam kehidupannya.


Guru perlu mengetahui aspek-aspek yang terdapat dalam kecerdasan emosi, yaitu: empati,  mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat. Menurut Goleman kecerdasan emosi memiliki 5 ciri yaitu, yaitu kemampuan mengenali emosi diri, kemampuan mengelola dan mengekspresikan emosi, kemampuan  memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain atau empati, dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain.
Perkembangan emosi anak juga perlu mendapat perhatian yang cukup oleh orang tua maupun guru. Untuk meningkatkan kecerdasan emosi  pada anak usia dini, orang tua hendaknya bisa memberi rangsangan  yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan emosi anak.  Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru berkaitan dengan rangsangan itu, misalnya: tidak melindungi secara berlebihan (over protective), membiarkan anak berlatih mengatasi kekecewaan, jangan terlalu banyak membantu anak, menunjukkan empati, menetapkan aturan yang tegas dan konsisten, serta melatih anak mengenali emosi dan mengelolanya dengan baik.Terdapat lima strategi pengembangan emosi pada anak , yaitu:

1.      Kemampuan untuk mengenali emosi diri 
Untuk membantu mengenali emosi anak, dapat dilakukan dengan cara mengajarkan anak untuk memahami perasaan-perasaan yang dialaminya. Orang tua ataupun guru dapat mengajak anak untuk mendiskusikan mengenai berbagai emosi yang dirasakan berdasarkan pengalamannya. Misalnya mengarahkan rasa amarah anak dengan suatu kegiatan bermain.
2.      Kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi secara tepat
Anak dapat dibiasakan untuk berfikir realiatis sehingga anak dapat menanggapi suatu kejadian dengan perilaku yang tepat. Anak diajak untuk meredakan emosi marah atau kecewa dengan cara mengalihkan emosi itu pada kegiatan lain yang berarti, misalnya menggambar.

3.      Kemampuan untuk memotivasi diri
Pengembangan kemampuan untuk memotivasi diri didorong oleh kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, orang tua dan guru diharapkan tidak mengabaikan kemampuan anak untuk belajar banyak dan orang tua dan guru perlu mananamkan optimisme pada anak. 

4.      Kemampuan untuk memahami perasaan orang lain 
Untuk mengembangkan keterampilan anak dalam memahami perasaan orang lain maka upaya pengembangan empati dan kepedulian terhadap orang lain menjadi sangat penting. Anak sebaiknya mendapatkan pengalaman langsung dalam kehidupan nyata untuk merasakan perasaan tersebut. 

5.      Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain 
Latihlah anak untuk bergabung dengan anak yang lain, bermain kelompok, dan melakukan kerjasama.

2.4 Pemantapan Perkembangan Emosi Mental Anak

Emosi pada dasarnya merupakan dorongan dari dalam diri untuk bertindak. Seketika untuk mengatasi, tekanan, desakan, ancaman, atau hal penting yang mendesak untuk diselesaikan. Emosi atau perasaan hadir dalam kehidupan seseorang dalam banyak bentuk contohnya amarah, kesedihan, ketakutan, dan kenikmatan. Cara untuk pemantapkan perkembangan emosi adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui tujuan hidup
Perasaan emosi bisa tenang apabila kita telah mengetahuai tujuan hidup kita. Tujuan hidup bukan sekadar mendapatkan prestasi pribadi, kesenangan atau kebahagian kita tetapi jauh lebih luas dari pada karier, keluarga, atau mimpi hebat kita. Jika kita ingin tahu apa tujuan hidup kita haruslah berkaitan dengan Tuhan, sebab Tuhan berketetapan untuk mewujudkan tujannya melalui hidup kita. Begitu pula dengan anak. Dengan mengetahui tujuan hidupnya, anak akan merasa tenang. Contohnya seperti ketika anak mulai putus asa, sebagai guru dan orangtua kita harus memberi pengertian kepada anak bahwa Tuhan selalu melindunginya.
2.      Memiliki ketetapan hati
Ketetapan hati atau keteguhan hati merupakan unsur pokok dalam pada kedalaman emosi. Berketetapan hati dapat mengilhami atau membantu mengaktifkan seseorang untuk bertindak dan tumbuh maksimal. Ketetapan hati merupakan kecerdasan praktis yang mampu menerjemahkan harapan atau teori kedalam tindakan nyata serta mengabstraksikan gagasan-gagasan kedalam hasil-hasil praktis. Ketetapan hati adalah sebuah keyakinan yang bisa diberikan oleh guru dan orangtua. Contohnya ketika anak mulai ragu dalam memilih sesuatu. Kita harus memberikan kelebihan dan kelemahan semua objek yang akan dipilih.
3.      Mengelola emosi
Membuat aturan mengenai kemarahan dapat membantu anak mengontrol emosinya. Hal ini memberi gambaran yang jelas tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh mereka lakukan saat mereka marah. Pastikan aturan ini selalu berpusat pada perilaku hormat terhadap orang, lain yang tidak memberikan hak marah kepada orang lain.


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan. Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang suasana stabil emosionalnya, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar.
Emosi yang positif seperti perasaan senang, bersemangat, atau rasa ingin tahu yang tinggi akan memengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memerhatikan penjelasan guru membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar. Sebaliknya apabila yang menyertai proses itu adalah emosi negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan mengalami penghambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatian untuk belajar sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajar.
Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan, dan pembinaan orangtua maupun guru disekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik, dan bangsa. Emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan rasa takut, dan faktor-faktor eksternal yang seringkali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun, ada juga tindakan orangtua yang seringkali tidak dapat memengaruhi perkembangan emosional anak.
Misalnya, sangat dimanjakan atau terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi, sikap orangtua sangat keas, suka menekan, dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. Perlakuan saudara serumah seperti kakak atau adik, sebagai oranglain yang seringkali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak. Dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi orangtua dan anak, biasanya orangtua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya.
Dengan berkonsultasi orangtua akan dapat melakukan pembinaan terhadap anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak. Stress juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orangtua, keadaan ekonomi orangtua, keamanan, serta kekacauan yang seringkali timbul.
Sedangkan dari pihak orangtua, yang menyebabkan stress pada anak biasanya adalah kurangnya perhatian orangtua, perlakuan orangtua yang sering marah sampai melakukan kekerasan fisik yang melukai anak. Permintaan orangtua untuk melakukan sesuatu diluar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan. Untuk mengurangi ketegangan emosinya terkadang anak melakukan katarsis emosional dengan cara sibuk bermain, tertawa, dan membicarakan masalah kepada sahabatnya.




Daftar Pustaka

Walgito, Bimo. 2005. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Junaidi, Iskandar. 2011. Mencetak Anak Unggul. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Jersild, Arthur. T. 1995. Child Psychology, diterjemahkan oleh Mochtar Buchori, M.
Ed. Dan Dra. Conny Semiawan. New York : Tarate.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar