PERAN
PENDIDIK (GURU DAN ORANG TUA) DALAM PEMBENTUKAN
KARAKTER
ANAK USIA DINI
ABSTRAK
Masa usia dini merupakan maa yang sangat
potensial bagi seseorang untuk mengembangkan
seluruh
kemampuannya. Termasuk juga dalam pembentukan karakter. Pada masa sekarang ini
banyak
anggapan bahwa karakter bangsa kita sedang berada pada kondisi yang kurang
baik.
Hal
ini dirtandai dengan banyaknya kasus baik criminal maupun moral dan sopan santun
yang
sangat
membuat miris bagi kita. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh pendidik (guru
dan
orang
tua) untuk membantu membangun dan membentuk karakter seorang anak. Diantaranya
adalah
menerapkan disiplin secara tepat, mendampingi anak saat menggunakan media baik
cetak
maupun non cetak dan menjadi model atau teladan dalam penerapan kehidupan
sehari-
hari.
Selama ini banyak kesalahan yang dering dilakukan orang tua baik secara sadar
maupun
tidak
sadar yang dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi pembentukan karakter
anak.
PENDAHULUAN
Saat
ini banyak kita saksikan baik secara langsung maupun melalui media tentang
tindakan
kekerasan,
pelecehan maupun tindakan kriminal lainnya. Misalnya saja tindakan perkosaan
terhadap
anak dibawah umur yang dilakukan juga oleh anak di bawah umur, atau pelecehan
seksual
yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak-anak kecil baik laki-laki maupun
perempuan.
Hal itu membuat kita geleng-geleng kepala atau mengusap dada karena prihatin.
Selain
itu, saat ini juga banyak orang yang beranggapan bahwa anak-anak sekarang
kurang
memiliki
sopan santun dan tidak dapat menunjukan perilaku yang baik. Hal ini kemungkinan
besar
dipengaruhi oleh lingkungan dan pengaruh kemajuan teknologi yang sangat pesat.
Sepeti
kita ketahui, pengaruh tayangan berbagai acara di televisi dan bebasnya
jaringan
internet
dimana-mana menjadi salah satu hal yang dituding sebagai penyebab rusaknya
moral
dan
karakter anak bangsa. Hal ini tak bisa dipungkiri karena faktor lingkungan
sangat
mempengaruhi
perilaku yang mencerminkan moral dan karakter individu.
Menurut
Megawangi (2003), anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter
apabila
dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang
dilahirkan
suci dapat berkembang segara optimal. Mengingat lingkungan anak bukan saja
lingkungan
keluarga yang sifatnya mikro, maka semua pihak - keluarga, sekolah, media
massa,
komunitas
bisnis, dan sebagainya - turut andil dalam perkembangan karakter anak. Dengan
kata
lain,
mengembangkan generasi penerus bangsa yang berkarakter baik adalah tanggung
jawab
semua
pihak. Tentu saja hal ini tidak mudah, oleh karena itu diperlukan kesadaran
dari semua
pihak
bahwa pendidikan karakter merupakan ”PR” yang sangat penting untuk dilakukan
segera.
Terlebih
melihat kondisi karakter bangsa saat ini yang memprihatinkan serta kenyataan
bahwa
manusia
tidak secara alamiah (spontan) tumbuh menjadi manusia yang berkarakter baik,
sebab
menurut
Aristoteles (dalam Megawangi, 2003), hal itu merupakan hasil dari usaha seumur
hidup
individu
dan masyarakat. Oleh karenanya dalam makalah ini akan dibahas tentang peran
pendidik
(guru dan orang tua) terhadap pengembangan karakter anak khususnya anak usia
dini.
PEMBAHASAN
Pengertian
Karakter
Karakter
oleh berbagai pihak didefinisikan secara beragam. Dalam encyclopedia.
thefreedictionary.com,
(2004) dikatakan bahwa karakter sebagai penilaian subyektif terhadap
kualitas
moral dan mental, sementara yang lainnya menyebutkan karakter sebagai penilaian
subyektif
terhadap kualitas mental saja, sehingga upaya merubah atau membentuk karakter
hanya
berkaitan dengan stimulasi terhadap intelektual seseorang.
Arti
karakter dari sisi bahasa, antara lain: “character” (Latin) berarti instrument
of narking
“charessein”
(Prancis) berarti to engrove (mengukir), “watek” (Jawa) berarti ciri wanci,
“watak”
(Indonesia) berarti sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku; budi
pekerti;
tabiat;
perangai dan secara terminologi karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti
yang
menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Definisi dari “The stamp of
individually
or group impressed by nature, education or habit.
Menurut
Coon (1983) karakter adalah suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian
seseorang
yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima
oleh
masyarakat.
Megawangi
(2003), menyatakan bahwa seseorang yang memiliki karakter baik adalah yang
memiliki
kualitas karakter yang meliputi sembilan pilar, yaitu (1) cinta tuhan dan
segenap
ciptaan-nya;
(2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri; (3) jujur/amanah dan arif; (4) hormat
dan
santun;
(5) dermawan, suka menolong, dan gotong-royong; (6) percaya diri, kreatif dan
pekerja
keras;
(7) kepemimpinan dan adil; (8) baik dan rendah hati; (9) toleran, cinta damai
dan
kesatuan.
Perkembangan
karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) dan
faktor
lingkungan (nurture). Menurut para ahli psikologi perkembangan, setiap manusia
memiliki
potensi
bawaan yang akan termanisfestasi setelah dia dilahirkan, termasuk potensi yang
terkait
dengan
karakter atau nilai-nilai kebajikan (Latifah, 2008). Sejalan dengan hal itu
Confusius
menyatakan
bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi mencintai kebajikan, namun bila
potensi
ini tidak diikuti dengan pendidikan dan sosialisasi setelah manusia dilahirkan,
maka
manusia
dapat berubah menjadi binatang, bahkan lebih buruk lagi (Megawangi, 2003).
Berdasarkan
gambaran tersebut, meskipun setiap anak dilahirkan dengan pembawaan yang baik
namun
dalam perkembangannya dia membutuhkan lingkungan yang baik pula untuk dapat
menghasilkan
karakter yang baik pula. Oleh karenanya tampaklah betapa pentingnya pendidikan
karakter
pada anak sedini mungkin agar pada saat dewasa nantinya dia memiliki karakter
yang
baik
Peran
Pendidik (guru dan orang tua) dalam Pengembangan Kakarter Anak
Para
ahli berpendapat bahwa keluarga memiliki peran penting dalam menentukan
kemajuan
suatu
bangsa dan bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi
pertumbuhan
dan perkembangannya. Majelis Umum PBB (dalam Megawangi, 2003)
menyatakan
bahwa fungsi utama keluarga adalah ”sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh,
dan
mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat
menjalankan
fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan
yang
sehat guna tercapainya keluarga, sejahtera”.
Banyak cara yang dapat dilakukan pendidik
(guru dan orang tua) dalam membentuk dan
membangun
karakter seorang anak. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan pendidik
(guru
dan orang tua).
1.
Mendisiplinkan Anak Secara Tepat
Disiplin
adalah bagaimana membelajarkan pada anak tentang perilaku moral yang dapat
diterima
kelompok. Tujuan utamanya adalahmemberitahu dan menanamkan pengertian dalam
diri
anak tentang perilaku baik dan perilaku buruh dan mendorong anak untuk memiliki
perilaku
yang
sesuai standar tersebut. Pendidik (guru dan orang tua) dapat menerapkan
disiplin pada anak
anak
dengan cara otoriter dimana pendidik (guru dan orang tua) memberikan berbagai
aturan
dan
anak harus mematuhinya tanpa ada kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya
dengan
cara
ini maka antara anak dan pendidik (guru dan orang tua) seoalah terdapat dinding
pemisah
dan
pengembangan karakter tidak akan berlangsung optimal. Cara kedua adalah dengan
cara
permisif/lemah
dimana pendidik (guru dan orang tua) bersikap longgar dan segala sesuatu
diterapkan
sesuai keinginan anak. Cara ini juga tidak kondusif bagi pengembangan karakter
anak
karena
anak mebuat anak bingung dan kemungkinan salah arah dapat terjadi. Cara ketiga
adalah
demokratis
yang menekankan pada hak anak untuk mengetahui alas an suatu aturan dibuat dan
anak
memiliki kesempatan untuk mengemukakan ketidak setujuan dan memberkan argument
atas
ketidak setujuannya. Cara ketiga ini merupakan cara yang optimal untuk
pengembangan
karakter
anak.
2.
Pemberian Hukuman Yang Efektif Pada Anak
Hukuman
merupakan konsekuensi sikap atau perilaku negative dan bila diterapkan dengan
benar hukuman dapat mengurangi perilaku buruk (Nugraha dan Dina Dwiyana, 2009).
Menurut
Reputrawati
(2007) dalam Nugraha dan Dina Dwiyana, 2009), hukuman memiliki tiga tujuan,
yaitu
1) dilakukan sebagai upaya penegakan peraturan, 2) sebagai bagian dari
pendidikan dan, 3)
untuk
memotivasi.
Bagaimana
cara memberikan hukuman yang efektif? Berikut adalah beberapa pertimbangan
dalam
pemberian hukuman (Nugraha dan Dina Dwiyana, 2009). 1) Hukuman sebaiknya
diberikan sesuai dengan kadar kesalahan. 2) Harus konsiten. 3) Tidak
berlebihan. 4) Tidak
bersifat
fisik yang menyakitkan. 5) Tidak mempermalukan anak di depan umum. 6) Tidak
menyerang
pribadi, artinya fokus pada kesalahan yang dilakukan anak. 7) Bersifat
konstruktif,
harus
mampu mebuat anak lebih peka dan bangkit dari kesalahannya. 8) Bisa
dikomunikasikan.
9)
Pemberian reward diperlukan jika anak berperilaku positif.
3.
Pendampingan Penggunaan Media Non Cetak (Televisi Dan Internet)
Saat
ini tak dapat dipungkiri bahwa televisi sudah menjadi teman dan sahabat bagi
anak-anak
terutama
bagi orang tua yang sibuk bekerja di luar rumah. Beberapa dampak yang
ditimbulkan
akibat
penggunaan televise dan penggunaan internet adalah sebagai berikut.
a.
Waktu belajar anak kadang menjadi tidak teratur . Anak usia tersebut biasanya
masih belum
dapat
menyusun jadwal belajar sendiri dan seringkali belum dapat menepati jadwal yang
telah
disusunkan pendidik (guru dan orang tua) untuknya. Apalagi jika waktu untuk
anak
menonton
televise dan bermain internet tidak dibatasi maka kemungkinan besar anak akan
kehabisan
waktu untuk belajar.
b.
Di kelas atau sekolah anak cenderung tidak dapat berkonsentrasi dengan baik
karena
pikirannya
masih terfokus pada tayangan televise dan penggunaan internet yang ditekuninya.
c.
Kemungkinan besar anak akan kehilangan aktivitas sosial secara nyata karena
saat menonton
televise
dan atau bermain internet anak hanya berhadapan dengan televise dan komputer.
d.
Anak yang sering menonton televisi dan menggunakan internet dan komputer
biasanya
memiliki
kemampuan membaca dan menulis yang kurang baik karena mereka tidak terbiasa
menulis
dengan bolpoin dan tangan namun hanya biasa menekan tombol-tombol huruf pada
remote
dan keyboard. Mereka juga cenderung kurang dapat melakukan komunikasi dengan
baik
karena jarang berhubungan dengan manusia lainnya secara fisik. Mereka terbiasa
berhubungan
dengan orang lain melalui layar kaca dan cenderung bersifat semu (pasif).
e.
Perkembangan fisik anak juga dapat terganggu karena anak kurang bergerak atau
berolahraga.
f.
Anak seringkali tidak memahami tentang sopan santun atau kurang menghargai
milik orang
lain.
Hal ini mungkin terjadi karena melalui internet kita dapat mengunduh atau
mengcopy
materi
tanpa harus meminta ijin pada pemiliknya. Selain itu banyak tayangan televise
yang
menggambarkan
kurangnya sikap sopan santun.
g.
Anak juga kurang terasah simpati dan empatinya karena mereka tidak mengalami
atau
melihat
suatu kejadian dengan lebih nyata sehingga mereka cenderung kurang peduli pada
orang
lain.
Meskipun
dampak negatif tayangan televisi dan penggunaan internet cukup banyak dan dapat
mengganggu
perkembangan perilaku anak namun pendidik (guru dan orang tua) tidak perlu
kuatir.
Mereka dapat membentenginya dengan beberapa cara berikut ini.
a.
Buat aturan dan batasan bersama dengan anak dan anggota keluarga lainnya
tentang waktu
dan
bagaimana memanfaatkan tayangan televise dan menggunakan internet dengan baik.
b.
Dampingi saat anak menonton televisi dan atau menggunakan internet. Beritahu mereka
apa
yang
boleh dan apa yang tidak boleh mereka tonton atau mereka buka.
c.
Letakkan televisi atau komputer (internet) di ruang keluarga dan bukan di dalam
kamar.
d.
Pilihkan acara/menu yang sesuai untuk anak
e.
Ajarkan anak untuk selalu bersikap terbuka terhadap apapun yang mereka lakukan
saat
menggunakan
internet. Sehingga tidak ada materi apapun yang mereka sembunyikan dari
pendidik
(guru dan orang tua) ataupun orang terdekatnya. Selain itu pendidik (guru dan
orang
tua)
dapat menggunakan software KeyLoggers (pengunci masuk komputer atau pengunci
internet).
Software ini dapat mengontrol semua kegiatan komputer tanpa memperlihatkan
bukti
tertulis pada window task manager. Dengan cara ini pendidik (guru dan orang
tua)
dapat
mengunci komputer agar sehingga anak tidak bisa main game, chatting atau
menggunakan
internet saat pendidik (guru dan orang tua) tidak berada di rumah. Program ini
juga
dapat menangkal email untuk jangka waktu tertentu.
4.
Pendampingan Penggunaan Media Cetak
Buku
atau bahan bacaan tercetak lainnya seperti majalah, koran, gambar, dan brosur.
merupakan
media yang sangat efektif untuk membantu anak meningkatkan kemampuannya.
Melalui
buku dan bahan bacaan lainnya anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam
berimajinasi,
berbahasa, bersikap kreatif, maupun meningkatkan kemampuan kognitifnya.
Untuk
dapat memanfaatkan penggunaan buku dan bahan bacaan pada anak usia dini,
pendidik
harus
mengetahui criteria buku yang baik untuk anak usia dini. Kriteria ini
dikemukakan oleh
Cullinan
(1990) menambahkan kriteria buku bacaan yang perlu dipenuhi, yaitu sebagai
berikut.
a.
Buku untuk anak-anak hendaknya berisi bacaan berirama dan kosakata yang menarik
b.
Isi dan konteks dari buku tersebut hendaknya berada pada tingkat konsep yang
dimengerti
anak
c.
Buku hendaknya menampilkan pengalaman yang berhubungan dengan kehidupan anak
d.
Buku hendaknya dibuat dengan kuat dan tidak mudah rusak. Hal ini perlu karena
koodinasi
motorik
anak belum berkembang dengan baik
e.
Buku hendaknya membuat anak dan guru senang membaca
Bentuk
pendampingan yang dapat dilakuakan pendidik diantaranya adalah dengan
menyediakan
bahan bacaan yang berkualitas dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Berikut
disampaikan beberapa tips dalam memilih buku atau bahan bacaan untuk anak usia
dini.
a.
Buku yang dipilih menggunakan bahasa yang sederhana dan dipahami anak.
b.
Buku tersebut berisi contoh atau makna kehidupan yang baik dan benar sehingga
dapat
membekali
anak dengan nilai-nilai moral yang baik.
c.
Sebaiknya buku tersebut dapat membantu anak mengembangkan imajinasi dan
kreativitasnya
baik ecara langsung maupun sebagai dampak pengiring.
d.
Tulisan dalam buku sebaiknya singkat, sederhana dan mudah dimengerti.
e.
Sebaiknya gambar memiliki porsi yang lebih banyak dibandingkan dengan
tulisannya
namun
bukan berupa cerita gambar seperti komik.
f.
Sebaiknya pendidik memilih buku dengan desain dan tampilan yang kuat dan tidak
mudah
rusak.
g.
Sebaiknya buku tersebut berwarna menarik dengan komposisi yang seimbang, jangan
terlalu
banyak
warna dalam satu halaman.
h.
Bahan pembuat buku sebaiknya tidak berbahaya bagi anak-anak.
5.
Modelling
Dari
semua cara yang dapat dilakukan oleh pendidik, modelling atau teladan adalah
salah
satu
cara yang terbaik. Anak dapat langsung mendapatkan gambaran yang nyata dan real
mengenai
sikap dan perbuatan yang baik dan buruk ataupun yang sesuai atau tidak sesuai
dengan
lingkungan di sekitarnya. Oleh karenanya pendidik harus benar-benar
berhati-hati dalam
betutur
kata maupun bertindak khususnya di hadapan anak usia dini. Seperti kita
ketahui, masa
usia
dini merupakan masa meniru (Imitation). Pada masa ini segala tingkah laku
bahkan kata-
kata
yang didengarnya akan langsung ditirunya dengan tanpa saringan apapun. Ibarat
spons,
segala
informasi yang diamati dan dirasakan anak usia dini akan terserap seluruhnya ke
dalam
jiwa
dan pikiran mereka. Apalagi jika model yang ditirunya adalah orang yang
diidolakannya
(seperti
gurunya), maka materi yang ditirukannya terebut dapat bertahan lama dan
mendalam.
Jika
hal yang ditirunya adalah hal yang baik, maka hal itu akan berdampak positif
bagi anak di
kemudian
hari. Namun jika hal yang ditirunya adalah hal yang tidak baik/buruk atau tidak
benar
maka
akan dapat berdampak negative bagi karakter anak dalam kehidupan selanjutnya.
Menurut
Megawangi (2003) ada beberapa kesalahan pendidik (guru dan orang tua) dalam
mendidik
anak yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi anak sehingga
berakibat
pada pembentukan karakternya, yaitu, sebagai berikut.
1.
Kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang baik secara verbal maupun fisik.
2.
Kurang meluangkan waktu yang cukup untuk anaknya.
3.
Bersikap kasar secara verbal, misainya menyindir, mengecilkan anak, dan
berkata-kata kasar.
4.
Bersikap kasar secara fisik, misalnya memukul, mencubit, dan memberikan hukuman
badan
lainnya.
5.
Terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini.
6.
Tidak menanamkan "good character' kepada anak.
Dampak
yang ditimbulkan dari salah asuh seperti di atas, menurut Megawangi akan
menghasilkan
anak-anak yang mempunyai kepribadian bermasalah atau mempunyai kecerdasan
emosi
rendah.
1.
Anak menjadi acuh tak acuh, tidak butuh orang lain, dan tidak dapat menerima
persahabatan.
Karena
sejak kecil mengalami kemarahan, rasa tidak percaya, dan gangguan emosi negatif
lainnya.
Ketika dewasa ia akan menolak dukungan, simpati, cinta dan respons positif
lainnya
dari
orang di sekitarnya. la kelihatan sangat mandiri, tetapi tidak hangat dan tidak
disenangi
oleh
orang lain.
2.
Secara emosiol tidak responsif, dimana anak yang ditolak akan tidak mampu
memberikan
cinta
kepada orang lain.
3.
Berperilaku agresif, yaitu selalu ingin menyakiti orang baik secara verbal
maupun fisik.
4.
Menjadi minder, merasa diri tidak berharga dan berguna.
5.
Selalu berpandangan negatif pada lingkungan sekitarnya, seperti rasa tidak
aman, khawatir,
minder,
curiga dengan orang lain, dan merasa orang lain sedang mengkritiknya.
6.
Ketidakstabilan emosional, yaitu tidak toleran atau tidak tahan terhadap
stress, mudah
tersinggung,
mudah marah, dan sifat yang tidak dapat dipreaiksi oleh orang lain.
7.
Keseimbangan antara perkembangan emosional dan intelektual. Dampak negatif
lainnya
dapat
berupa mogok belajar, dan bahkan dapat memicu kenakalan remaja, tawuran, dan
lainnya.
8.
Pendidik (guru dan orang tua) yang tidak memberikan rasa aman dan terlalu
menekan anak,
akan
membuat anak merasa tidak dekat, dan tidak menjadikan pendidik (guru dan orang
tua)nnya
sebagai ”role model” Anak akan lebih percaya kepada "peer group"nya
sehingga
mudah
terpengaruh dengan pergaulan negatif.
PENUTUP
Karakter
sebagai sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku; budi pekerti; tabiat;
perangai
dan secara terminologi karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang
menjadi
ciri khas seseorang atau sekelompok orang, harus dipupuk dan dikembangkan
sedini
mungkin.
Oleh karenanya Pendidik (guru dan Orang tua) harus benar-benar memahami apa
saja
hal-hal
yang dapat menghambat pengembangan karakter anak dan apa saja yang dapat
membantu
meningkatkan
sikap dan perilaku anak sehingga akhirnya akan membentuk karakter yang baik
bagi
anak. Banyak hal yang dapat dilakukan pendidik seperti menerapkan disiplin
dengan tepat,
anak
saat menggunakan media baik cetak maupun non cetak seperti televisi, internet
dan
permainan
online. Selain itu satu hal yang tak kalah pentingnya adalah modeling (teladan)
dalam
perkataan
maupun tindakan yang dapat ditiru anak. Pendidik juga harus berusaha
menghindari
berbagai
kesalahan yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Coon,
Dennis. (1983). Introduction to Psychology: Exploration and Aplication. West
Publishing
Co.
Cullinan,
B.E. (1990). Children Literature in The Reading Program. Nework: International
Reading
Association
Megawangi,
Ratna. (2003). Pendidikan Karakter untuk Membangun Masyarakat Madani. IPPK
Indonesia
Heritage Foundation
Latifah,
Melly, (2008). Peranan Keluarga dalam Pendidikan Karakter AnakError! Hyperlink
reference
not valid.
Nugraha,
Ali dan Sy. Dina Dwiyana. (2009) Pelibatan Orang tua dan Masyarakat dalam
masalah
kekerasan
pada anak usia dini. Dalam Nugraha , Ali (2009). Pelibatan Orang Tua dan
Masyarakat.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Zaman,
Badru dan Nugraha, Ali. (2009). Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat dalam
Pendampingan
Penggunaan Media Anak Usia Dini. Dalam Nugraha , Ali (2009).
Pelibatan
Orang Tua dan Masyarakat. Jakarta: Universitas Terbuka.
http://encyclopedia.thefreedictionary.com.
Diakses tanggal 26 April 2004. Pukul. 14.30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar