BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jean Piaget adalah seorang ilmuan yang dilahirkan di Neuchatel, Swiss.
Piaget merupakan anak yang jenius, artikel pertamanya terbit pada usia 12
tahun. Pada usia 18 tahun meraih gelar sarjana dan mendapatkan gelar doktor di
usia 21 tahun. Piaget adalah seorang ahli dalam bidang biologi dan yang
kemudian tertarik terhadap cara berikir anak.
Piaget dalam Suparni (2003:20) berpendapat bahwa anak perlu diberikan
berbagai pertanyaan untuk meningkatkan kemampuan beripikir anak. Piaget
melakukan penelitiang longitudinal melalui pengamatan tentang perkembangan
intelektual pada ketiga anaknya. Pada tahap selanjutnya Piaget juga melakukan
riset pada ribuan anak lainnya.
Menurut pandangan Piaget, intelegensi anak berkembang melalui suatu proses active learning. Para pendidik hendaknya
mengimplementasikan active learning dengan
cara memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat secara aktif dalam
kegiatan yang dapat mengoptimalkan penggunaan seluruh panca indra anak.
Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu
dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira
permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek
struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan
bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula
pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)
kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu
hubungan timbal balik antara organisme dengan dunianya; 3) interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan
lingkungan sosial, dan 4) ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan
atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mampu mempertahankan
keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Sistem yang mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema dan adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku
yang teratur yang diperhatikan oleh organisma yang merupakan akumulasi dari
tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah
fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan
akomodasi.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah:
-
Apa pokok-pokok pikiran teori
perkembangan kognitif menurut Piaget?
-
Bagaimana implikasi teori Piaget dalam pendidikan?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
-
Untuk mengetahui pokok-pokok pikiran
teori perkembangan kognitif menurut Piaget
-
Untuk mengetahui implikasi teori Piaget
dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pokok-Pokok Pikiran Piaget Mengenai
Teori Kognitif
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses
perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang
berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir
menggunakan hipotesis-hipotesis.
Ketika Piaget bekerja sama dengan Binet dalam pengembangan tes untuk
mengukur intelegnsi, ia sangat tertarik dengan jawaban salah yang diberikan
oleh seorang anak dalam tes yang diberikan kepada mereka sehingga ia ingin tahu
dan meneliti lebih lanjut apa yang ada dibelakang pemikiran anak terhadap
jawaban salah tersebut. (Sudjiono, 2013:120)
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa anak bermain dan berpikir
aktif dalam mengembangkan kognitif mereka, kegiatan berpikir sangat penting
untuk mengembangkan kegiatan anak, pengalaman-pengalaman sebagai bahan mentah
untuk mengembangkan struktur mental anak, anak berkembang melalui interaksinya
dengan lingkungan, perkembangan terjadi sebagai hasil dari kematangan dan
interaksi antara anak, lingkungan fisik dan sosial anak.
Perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh
pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam
bidang biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan
lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderungan untuk beradaptasi dan organisasi. Untuk
memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu
sebagai berikut :
1.
Skema
Istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat
menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan
untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan. Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk
mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara
intelektual. Adaptasi
terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi.
2.
Asimilasi
Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang
mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada atau
tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya
memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara
teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi
mempnagruhi pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari
proses kognitif, denga proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri
terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu.
3. Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan
skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada
setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi
harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan.
Disamping itu Piaget mengemukakan tentang konsep dasar yang dapat mendukung perkembangan anak, yaitu
semua orang membutuhkan belajar bagaimana membaca dan menulis, anak belajar dengan
baik menggunakan panca inderanya, semua anak dapat dididik, semaua anak harus
dididik untuk memaksimalkan kemampuannya, pendidikan harus dimulai sejak dini,
anak tidak harus dipaksa untuk belajar tetapi haru sesuai dengan kesiapan
belajar menekan dan harus memperisapkanpada tahap selanjutnya, kegaiatan
belajar harus menarik dan berarti bagi anak, serta anak dapat belajar aktivitas
berdasarkan ketertarikannya.
Istilah kognitif yang sering dikemukakan oleh Piaget sebenarnya meliputi
aspek struktur kognitif yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Berdasarkan
keyakinan bahwa kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental dan yang
membimbing tingkah laku anak terletak pada pemahaman bagaimana pengetahuan
tersebut terstruktur dalm berbagai aspek.
Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognisi adalah interaksi dari hasil
kematanagn manusia dan pengaruh lingkungan. Manusia aktif mengadakan hubungan
dengan lingkungan, menyesuaikan diri terhadap objek-objek yang ada disekitarnya
yang merupakan proses inetraksi untuk mengembangkan aspek kognitif.
Untuk keperluan pegkonseptualisasian pertumbuhan kognitif /perkembangan
intelektual Piaget membagi perkemabngan ini ke dalam 4 periode yaitu :
1. Periode
Sensori motor (0-2 tahun)
Pada rentang usia tersebut, anak berinteraksi dengan dunia sekitar melalui
panca indra. Dimulai dari gerakan reflek yang dimiliki sejak lahir, menghisap,
menggenggam, melihat, melempar hingga pada akhir usia 2 tahun anak sudah dapat
menggunakan satu benda dengan tujuan berbeda. Dapat berpikir kompleks seperti
bagaimana cara untuk mendapatkan suatu benda yang diinginkan dan melakukan apa
yang diinginkannya dengan benda tersebut. Kemampuan ini merupakan awal berpikir
secara simbolik yaitu kemampuanuntuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran
objek tersebut secara empirik (Sudjiono,2013:120)
2. Periode Pra
operasional (2-7 tahun)
Periode ini merupakan masa permulaan anak untuk membangun kemampuannya
dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak belum satbil dan
belum terorgansir secara baik. Periode ini dibagi menjadi 3 sub berpikir:
·
Berpikir secara
simbolik (2-4 tahun), yaitu kemampuan berpikir tentang objek dan peristiwa
secara abstrak. Anak sudah dapat menggambarkan objek yang tidak ada
dihadapnnya. Kemampuan berpikir simbolik ditambah dengan kemampuan bahasa dan
fantasi sehingga mempunyai dimensi baru dalam bermain. Anak-anak dapat
menggunakan kata-katanya utnuk menandai suatu objek dan membuat substitusi dari
objek tersebut.
·
Berpikir secara
egosentris (2-4 tahun), anak melihat dunia dengan perspektifnya sendiri,
menilai benar atau tidak berdasarkan sudut pandnag sendiri. Sehingga anak belum
dapat meletakkan cara pandangnya dari sudut pandnag orang lain.
·
Berpikir secara
intuitif (4-7 tahun) yaitu kemmapuan untuk menciptakan sesuatu (menggambar atau
menyusun balok), tetapi tidak mengetahui alasan pasti mengapa melakukan hal
tersebut. Pada usia ini anak sudah dapat mengklasifikasikan objek sesuai dengan
kelompoknya.
3. Periode Operasional Konkret (7-12 tahun)
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak
lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara
logis. Dengan syarat objek yang menjadi sumber berpikir tersebut hadir secara
konkret.
4. Periode operasi formal (12,0-dewasa)
Periode
operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak dapat berpikir secara abstrak seperti kemampuan mengemukakan ide-ide,
memprediksi kejadian yang akan terjadi, melakukan berpikir ilmiah yang
mengemukakan hipotesis dan menetukan cara untuk membuktikan kebenaran hipotesis
tersebut.
Piaget mengemukakan bahwa
ada 4 aspek yang besar yang ada hubungnnya dengan perkembangan kognitif :
a.
Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembangan dari susunan syaraf.
b. Pengalaman fisis, anak harus mempunyai
pengalaman dengan benda-benda dan stimulus-stimulus dalam lingkungan tempat ia
beraksi terhadap benda-benda itu.
c. Interaksi sosial, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu
d. Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan
sendiri yang bekerja untuk menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis,
dan interksi social.
2.2 Implikasi Teori Piaget Dalam
Pendidikan
Teori Piaget membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan
intelektual erat hubungannya dengan belajar, sehhingga perkembangan intelektual
ini dapat dijadkan landasan untuk memahami belajar.
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi
akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai
terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi,
akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai tindakan
kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan kognitif menyangkut
tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan.
Piaget menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan diagram
berikut :

Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang sudah
memiliki pengalaman yang khas, yang berarti anak sudah memiliki sejumlah
skemata yang khas. Pada suatu keadaan seimbang sesaat ketika ia berhadapan
dengan stimulus (bisa berupa benda, peristiwa, gagasan) pada pikiran anak
terjadi pemilahan melalalui memorinya. Dalam memori anak terdapat 2 kemungkuinan
yang dapat terjadi yaitu, terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada
dalam pikiran anak atau terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus
dengan skema yang ada dalam pikiran anak.
Kedua hal itu merupakan kejadian asimilasi. Menurut diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan penguatan
terhadap skema yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang) tidak sepenuhnya
dapat diasimilasikan ke dalam skemata yang ada. Di sini terjadi semacam
gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti keingintahuan, kepedulian, kebingungan,
kekesalan, dsb. Dalam keadaaan tidak seimbang ini anak mempunyai 2
pilihan :
·
Melepaskan diri
dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau menyerah dan tidak berbuat apa-apa (jalan buntu)
·
Memberi
tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan secara fisik maupun
mental. Bila ini dilakukan anak mengubah pandangannya atau skemanya sebagai
akibat dari tindakan mental yang dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini
disebut akomodasi.
Anak usia dini belajar melalui active
learning,metode yang digunakan adalah memberikan pertanyaan pada anak dan
memberikan berpikir atau bertanya pada diri sendiri, sehingga hasil belajar
yang didapat merupakan konstruksi anak tersebut. Karena pada dasarnya anak
memiliki kemampuan utnuk membangun dan mengkreasi pengetahuan sendiri, sehingga
sangat penting bagi anak untuk terlibat langsung dalam proses belajar. Piaget
juga menjelaskan bahawa pengalam belajar anak lebih banyak didapat dengan cara
bermain, melakukan percobaan dnegan objek nayata, dan melalui pengalam konkret.
Anak mempunyai kesempatan untuk mengkreasi dan memanipulasi objek atau ide.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Menurut pandangan Piaget, intelegensi anak berkembang melalui suatu proses active learning. Para pendidik hendaknya
mengimplementasikan active learning dengan
cara memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat secara aktif dalam
kegiatan yang dapat mengoptimalkan penggunaan seluruh panca indra anak.
DAFTAR PUSTAKA
Sujiono, Yulianu Nuraini. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta : PT. Indeks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar